Lesindo.com – Bermula dari kesenangannya terhadap ikan, Wendy Kurniawan akhirnya menekuni seni menata aquarium atau yang saat ini lebih dikenal dengan istilah aquascape.
Pria berusia 32 tahun ini, memulai usaha aquascape dengan membuka toko bersama kedua rekannya di tahun 2010 bernama Aquajaya. Wendy yang saat itu gemar sekali dengan ikan hias mulai mempelajari seni menata aquarium, lantaran dirinya merasa aquarium yang dimilikinya selama ini tidak sebagus seperti yang dilihatnya di foto.
“Akhirnya cari tahu. Harus ada tanamannya tempat dia sembunyi, untuk oksigen. Lalu tanaman apa saja yang bisa ditanam di air tawar. Kita cari tahu sampai ketemu konsep aquascape ini di tahun 2008,” ungkapnya pada kesempatan berbincang dengan detikFinance beberapa waktu lalu.
Kemudian Wendy mulai belajar konsep tersebut bersama rekan-rekan lain yang juga menyukai aquascape. Hingga akhirnya pada 2009-2010 konsep tersebut mulai banyak dikenal di Indonesia.
Peluang tersebut lantas dimanfaatkannya untuk membuka usaha aquarium ikan hias. Namun tidak hanya toko ikan hias biasa, Wendy lebih mengkhususkan usahanya ke konsep aquascape
“Aquascape itu sebenarnya seni menanam tanaman air tawar di dalam aquarium. Kaya kita bertanam saja tapi di air tawar, namanya aquascape. Secara global aquascape adalah seni menata aquarium baik air tawar maupun air laut,” jelasnya.
Dengan modal awal sekitar Rp 50 juta, Wendy bersama Dody dan Ewin membangun toko Aquajaya. Usaha tersebut lalu dikembangkan secara bersama-sama hingga seperti sekarang ini, di mana omzet per minggunya mampu mencapai Rp 20-40 juta.
Di toko miliknya, aquascape dengan ukuran aquarium 30×30 cm dijual dengan harga Rp 400 ribu. Harga yang dibanderol tergantung dari ukuran aquarium hingga desain yang ditampilkan.
Sebab menurut Wendy, dalam membuat aquascape yang dihargai tinggi adalah nilai estetikanya. Bahkan tak jarang aquascape bisa dijual dengan harga lebih dari Rp 10 juta.
“Harga variatif. Aquarium yang kita set sudah jadi 30 cm, Rp 800 ribu. Ini bisa dikatakan mahal di jasa mendesain. Karena aquascape bukan hanya dinilai dari isi harga tanamannya, tapi jasa desainnya. Kalau kita modal desain sendiri mungkin bisa setengahnya,” tutur Wendy.
Dari tahun ke tahun Wendy merasa animo masyarakat terhadap seni aquascape ini semakin meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan maraknya bisnis aquascape di sejumlah wilayah khususnya kota-kota besar serta promosi yang dilakukan di sosial media.
Segmentasi pasarnya pun beragam, dari mahasiswa hingga pekerja kantoran. Bahkan tak jarang ada pelajar SMP ataupun SMA hingga usia lanjut ikut menyukai aquascape.
“Alhamdulilah dari 2010 sampai sekarang animonya meningkat terus. Kebanyakan yang dateng ke sini, orang-orang kuliahan dan kantoran. cuma di komunitas juga kita nemuin anak-anak SMP, SMA atau malah udah umur 50an,” terangnya.
Ke depan, dirinya berencana untuk terus melanjutkan produksi komponen-komponen yang berkaitan dengan aquascape, seperti pasir, pupuk, dan media tanam, secara mandiri dengan brand Aquareset. Begitupun alat-alat lain yang diperlukan untuk membuat aquascape seperti filter dan lampu, yang hingga kini masih impor.
“Nah kita Aquajaya sudah mulai impor sendiri. Biasanya ngambil dari distributor. Namanya sudah enggak lewat distributor pastikan lebih murah. Sudah kita coba beberapa bulan ini sih. Cuma kalau dalam kuantitas yang ribuan lumayan selisihnya,” tukasnya.
Dengan begitu, dirinya berharap usahanya tersebut bisa terus berkembang dan dapet menginspirasi anak muda lainnya untuk membuka usaha baik yang sejenis maupun usaha lainnya.
“Zaman sekarang orang sudah gampang banget mau buka usaha. Kita tinggal modal sedikit, promote online, promo terus lama-lama juga akan besar. Jangan takut gagal saja. Kalau gagal, jangan nyerah, usaha terus. Namanya usaha pasti ada untung kadang buntung,” tegasnya.(*)