LESINDO.COM – Indonesia Hypnosis Center (IHC) menggelar Workshop Fundamental Hypnosis di Hotel Solo Paragon pada Minggu, 2 November 2025. Acara yang berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 16.00 WIB ini menghadirkan antusiasme tinggi dari para peserta yang datang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri.
Beberapa peserta diketahui datang dari Kota Pahlawan, Surabaya, sementara ada pula peserta asal Riyadh, Arab Saudi — seorang warga Indonesia yang memanfaatkan waktu kunjungan dinas di tanah air untuk mengikuti pelatihan ini.
Dalam kegiatan tersebut, para peserta diperkenalkan dengan kurikulum pelatihan hipnosis yang berjenjang, mulai dari Level 1 (Fundamental), Level 2 (Advanced), Level 3 (Master), hingga Level 4 (Training of Trainer/TOT).
“Setiap peserta yang telah menyelesaikan pelatihan berhak menyandang gelar non-akademik sesuai levelnya, yakni Level 1: CH (Certified Hypnotist), Level 2: CHt (Certified Hypnotherapist), Level 3: CMH (Certified Master Hypnotist), dan Level 4: CI (Certified Instructor),” jelas Tri Winarni, S.Sos., M.H., CHt., CI, selaku instruktur workshop.
Tri Winarni menambahkan, pelatihan ini telah disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan kurikulum Hipnoterapi KEMENDIKBUDRISTEK RI, sehingga lulusan berhak menjalankan praktik profesional sebagai praktisi hipnosis sesuai kompetensinya.

Salah satu bahasan menarik dalam workshop adalah tentang perbedaan antara gendam dan hipnosis, dua istilah yang kerap disalahartikan masyarakat.
“Gendam dan hipnosis itu sangat berbeda,” tegas Tri. “Gendam berasal dari tradisi mistik atau ilmu kebatinan yang umumnya dikaitkan dengan energi gaib dan kekuatan batin seseorang. Tidak memiliki dasar ilmiah. Sedangkan hipnosis lahir dari penelitian ilmiah dalam bidang psikologi dan kedokteran sejak abad ke-18. Hipnosis berdasar pada ilmu sugesti dan kondisi kesadaran (trance) yang bisa diukur secara medis, serta diakui dalam dunia terapi, seperti hipnoterapi.”
Tri yang telah berpengalaman lebih dari 15 tahun sebagai terapis juga menjelaskan penyebab seseorang mudah “tergendam”.
“Orang biasanya terkena gendam ketika berada dalam kondisi mental tertentu, seperti kelelahan, kebingungan, atau kehilangan fokus. Saat pikiran logis melemah, sugesti dari luar menjadi lebih mudah diterima,” paparnya.
Ia mencontohkan, saat seseorang melamun atau terburu-buru lalu diajak berbicara dengan nada tegas dan meyakinkan, besar kemungkinan orang itu akan menuruti tanpa berpikir panjang.
“Itulah celah yang sering dimanfaatkan pelaku gendam,” jelasnya lagi.
Fenomena gendam, tambah Tri, umumnya terjadi di tempat-tempat ramai seperti terminal, bandara, pelabuhan, atau pasar — lokasi di mana orang mudah kehilangan fokus.
“Sekali sentuh, atau hanya lewat tatapan mata dan ucapan tertentu, korban bisa langsung menuruti keinginan pelaku,” katanya mengakhiri.
Workshop yang berlangsung sehari penuh itu tidak hanya memberikan wawasan ilmiah tentang hipnosis, tetapi juga membekali peserta dengan kemampuan praktis untuk memahami cara kerja pikiran dan kekuatan sugesti dalam kehidupan sehari-hari. (mac)

