Lesindo.com – Ratusan orang nampak khusuk mengikuti prosesi upacara Pemahayu Jagad di Pura Besakih, Minggu (5/7/2020). Mereka tenggelam dalam doa meminta pandemi COVID-19 segera berakhir. Sebelumnya, pecaruan (penyucian alam-red) dengan memberikan pengorbanan dan penghaturan sesaji telah dilakukan.Selepas itu, para pemedek (peserta persembahyangan-red) melakukan Puja Tri Sandya dan berdoa untuk memohon keselamatan. Persembahyangan ini berlangsung hanya selama setengah jam saja. Namun untuk persiapan upacara, sudah berlangsung sejak beberapa hari sebelumnya.Prosesi persembahyangan ditutup dengan menusukan kendi sesaji menggunakan keris oleh beberapa petinggi pemerintahan. Kendi yang pecah menjadi perlambang untuk meminta jalan keluar dan permohonan harapan.Tentang upacara itu, dengan mengutip lontar Bali Kuno, Ketua PHDI I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan, wabah penyakit merupakan bagian dari siklus alam, yang bisa datang berulang dalam kurun dasawarsa, abad, bahkan milenium (seribu tahunan).
Terdapat tiga jenis wabah penyakit, yaitu wabah yang menimpa manusia disebut Gering, yang menimpa binatang atau hewan disebut Grubug, dan jika menimpa tumbuh-tumbuhan dinamakan Sasab Merana. “Virus corona merupakan dalam hal ini dikatagorikan sebagai salah satu jenis Gering, yang cakupan penularannya mendunia dengan tingkat infeksi yang tinggi sehingga disebut Gering Agung,”jelasnya.Menurut penuturan Sudiana, ketika wabah terjadi, secara tradisi dilakukan upacara Guru Piduka. “Melihat perkembangan, apabila menunjukan tanda baik dan alam mulai pulih dilakukan Upacara Peneduh Jagad,”ungkapnya.
Setelah menunjukan tanda-tanda membaik dan tatanan kehidupan pulih, maka untuk memohon keselamatan dilakukan rangkaian terakhir yaitu Pemahayu Jagad.”Kita semua berharap agar pandemi COVID-19 segera berakhir. Upacara Yadnya Pamahayu Jagat yang Kita haturkan pada hari ini merupakan rasa bhakti kita atas anugerah Tuhan,” ujarnya.Gubernur Koster mengatakan pandemi COVID-19, bagi orang Bali, mesti dimaknai secara positif sebagai proses alam. Dari situasi negatif-berbahaya untuk mencapai kondisi di titik nol, sebagai pondasi menuju suatu keseimbangan baru yang akan menjadi tatanan kehidupan baru.
“Oleh karena itu, kita harus terus berupaya dengan sebaik-baiknya menangani COVID-19, seraya dalam waktu bersamaan kita mesti mulai melakukan aktivitas demi keberlangsungan kehidupan masyarakat,” sebutnya. Selain langkah nyata (skala) proses niskala (spiritual) pun dilakukan.Langkah new normal di bali sendiri akan dimulai pada 9 Juli 2020 dimana pembukaan fasilitas publik dan kawasan perdagangan mulai diijinkan. Demikian pula dengan pergerakan wisatawan lokal. Bila tidak terjadi second wave pandemi, langkah ini akan dilanjutkan dengan pembukaan sekolah dan tempat ibadah serta tempat wisata untuk wisatawan dalam negeri.