LESINDO.COM – Di lereng Gunung Arjuno, pada ketinggian antara 800 hingga 1.500 mdpl, berdirilah Taman Safari Indonesia II Prigen, sebuah kawasan konservasi yang tidak hanya menampilkan satwa, tetapi juga menghadirkan pengalaman yang membuat manusia merasa kembali dekat dengan alam. Udara sejuk, hutan pegunungan yang memagari kawasan, dan hamparan area seluas 340 hektar menjadikan tempat ini salah satu safari terbesar di Asia Tenggara.
Didirikan pada tahun 1997, lembaga konservasi ini menjadi rumah bagi ratusan spesies dari berbagai benua. Kawasan safari dibagi menjadi empat zona habitat—Amerika, Eropa, Asia, dan Afrika—yang memungkinkan pengunjung menyaksikan hewan-hewan berkeliaran bebas sesuai karakteristik lingkungannya.
Keramaian yang Jadi Tradisi

Di musim liburan, Prigen berubah menjadi lautan kendaraan. Antrean panjang kerap tak dapat dihindari. Tak jarang, kendaraan diputar balik karena area parkir telah penuh. Namun derasnya arus wisatawan justru menjadi cerminan bahwa tempat ini bukan sekadar tujuan rekreasi, melainkan ruang keluarga untuk rehat dari rutinitas.
Menghabiskan waktu satu hari penuh di sini bukan hal yang berlebihan. Setiap sudut menghadirkan pengalaman baru: mulai dari safari journey yang mempertemukan pengunjung dengan zebra, bison, atau singa yang melintas di dekat kaca mobil, hingga kawasan istirahat yang teduh di antara pepohonan kaki Arjuno.
Pertunjukan yang Menyentuh Batas Imajinasi
Pada jam-jam tertentu, kerumunan pengunjung akan mengalir ke area panggung terbuka. Salah satunya adalah panggung yang tampak dalam foto: seekor gajah besar dengan belalai yang lembut menyentuh seorang pengunjung anak muda yang sedang mengenakan rangkaian bunga warna-warni. Di sekeliling mereka, para pawang berjaga sambil tetap memberi ruang bagi momen alamiah antara manusia dan satwa.

Ketika belalai itu perlahan menyapa, sorak kecil terdengar dari bangku penonton. Beberapa pengunjung menahan napas, beberapa lainnya mengabadikan momen itu dengan gawai. Bukan sekadar pertunjukan; ini adalah pesan sunyi dari hewan raksasa—bahwa kedekatan dapat tercipta tanpa kata.
Selain gajah, ada pula pertunjukan teatrikal yang melibatkan harimau, lumba-lumba, berbagai jenis burung, dan satwa lain yang telah dilatih melalui pendekatan positif. Pertunjukan ini tidak dimaksudkan sekadar hiburan, tetapi juga edukasi tentang perilaku, konservasi, dan hubungan manusia dengan alam liar.
Safari yang Menjadi Ruang Belajar
Taman Safari Prigen bukan hanya ruang rekreasi; ia adalah panggung pembelajaran. Setiap kandang, setiap papan informasi, setiap interaksi satwa-pawang adalah cerita panjang tentang konservasi, penyelamatan, dan upaya mempertahankan spesies dari ancaman kepunahan.

Dari balik pagar, terdengar riuh anak-anak yang bertanya—kenapa zebra belangnya berbeda? bagaimana gajah mengingat jalannya? apakah harimau tidur 20 jam sehari? Tempat ini, pada akhirnya, menjadi kelas raksasa di tengah pegunungan.
Kedamaian yang Ditemukan
Ketika matahari mulai condong ke barat, hawa sejuk Arjuno kembali menyergap. Pengunjung berjalan keluar perlahan, sebagian masih membawa sisa tawa dari wahana, sebagian lagi masih larut dalam kehangatan interaksi dengan satwa.
Taman Safari Prigen bukan sekadar tempat berlibur. Ia adalah ruang di mana manusia belajar kembali menjadi bagian dari alam—sebuah pengingat bahwa bumi, dengan segala kekayaannya, adalah rumah bersama yang harus dijaga.(Hib)

