LESINDO.COM – Kota Solo dikenal sebagai surga kuliner tradisional Jawa, mulai dari nasi liwet, tengkleng, hingga srabi. Namun, ada satu sajian khas yang sering menjadi buruan wisatawan maupun warga lokal, yaitu Srabi Solo. Nama “Srabi” sendiri berasal dari singkatan sarapan bubur, meski kini penyajiannya lebih luas dan bisa dinikmati kapan saja, tidak hanya di pagi hari.
Srabi Solo biasanya berupa bubur gurih yang terbuat dari beras, disajikan dengan kuah santan, sayuran, serta aneka lauk pendamping seperti tempe, tahu, telur, ayam suwir, hingga sambal. Cita rasanya gurih, sedikit pedas, dan kaya rempah khas masakan Jawa. Penyajiannya pun sederhana, menggunakan pincuk daun pisang yang menambah aroma wangi sekaligus menghadirkan nuansa tradisional. Banyak pasar tradisional di Solo seperti Pasar Gede atau Pasar Klewer yang masih menjual Srabi di pagi hari. Biasanya dijajakan oleh penjual dengan pincuk daun pisang, sederhana tapi otentik

Keistimewaan Srabi Solo bukan hanya pada rasa, tetapi juga pada nilai budaya dan kebersamaan yang melekat di dalamnya. Hidangan ini sering tersaji dalam acara hajatan, selametan, hingga kegiatan gotong royong warga. Karena itu, Srabi bukan sekadar makanan, melainkan juga bagian dari identitas kuliner Solo yang merekatkan persaudaraan. “Berkunjung ke kota Solo rasanya ada yang kurang kalau tidak membawa oleh-oleh srabi Solo, bikin kangen bikin ketagihan”, kata Evi pegawai Pemkot Probolinggo sambil tersenyum.
Srabi Solo punya makna filosofi yang cukup dalam dalam budaya Jawa. Kesederhanaan dan kebersamaan, srabi terbuat dari bahan sederhana tepung beras, santan, gula namun rasanya istimewa. Ini melambangkan kesederhanaan hidup yang bisa membawa kebahagiaan jika dinikmati bersama. Lingkaran utuh sebagai simbol kehidupan, bentuk bulat srabi melambangkan kesempurnaan, kebersatuan, dan siklus kehidupan. Filosofi ini sering dihubungkan dengan konsep harmoni dalam budaya Jawa. Tradisi dan warisan budaya, srabi bukan sekadar makanan, tetapi juga bagian dari ritual pasar, hajatan, atau acara budaya di Solo. Ia merepresentasikan nilai gotong royong, di mana makanan menjadi perekat sosial.
Bagi wisatawan, mencicipi Srabi Solo adalah pengalaman yang tak boleh dilewatkan. Selain mengenyangkan, kuliner ini memberikan kesempatan untuk merasakan cita rasa otentik Solo sekaligus menyelami budaya masyarakatnya. (Icha)

