LESINDO.COM – Pagi itu, matahari Solo memanjat perlahan dari balik pepohonan kawasan Grogol Assalam. Cahaya keemasan yang hangat jatuh lembut di atas lintasan berpasir—lapang seluas kurang lebih 3.000–5.000 meter persegi yang kini menjadi rumah baru Solo Equestrian Centre (SEC) sejak dua bulan terakhir. Dari kejauhan, langkah kuda terdengar berirama, seolah memecah keheningan pagi yang masih muda.
Di tengah arena, seorang rider tampak tengah melakukan pemanasan. Kudanya tinggi, gagah, tubuhnya berotot namun lentur, berjalan memutar dengan ritme teratur. Sebelum melompat palang dan menaklukkan rintangan-rintangan kecil, sang kuda diajak berlari ringan, melingkari arena hingga beberapa putaran.
“Kuda itu sama seperti manusia. Kalau tidak dipanaskan dulu, otot-ototnya kaget. Dan kalau ragu sedikit saja, dia bisa berhenti mendadak di depan rintangan,” ujar salah satu pelatih SEC yang pagi itu menemani sesi latihan.
Pemanasan menjadi ritual wajib. Sang kuda perlu mengingat kembali keseimbangan, keberanian, dan komunikasi halus dengan penunggangnya. Baru setelah ritme napas serasi, barulah palang-palang dinaikkan, dan suara hentakan kaki kuda pecah serempak—menciptakan harmoni antara tenaga, teknik, dan kepercayaan.
Harapan Baru bagi Equestrian Jawa Tengah
Kehadiran Solo Equestrian Centre di lokasi baru ini bukan sekadar perpindahan tempat, tetapi juga langkah strategis dalam memajukan olahraga berkuda di Jawa Tengah. Hingga penghujung musim kompetisi 2023, jumlah rider asal provinsi ini yang turun di kelas-kelas tinggi masih bisa dihitung dengan jari. Minimnya fasilitas latihan berstandar dan kesempatan bertanding menjadi tantangan tersendiri.
Dengan ekspansi ini, SEC ingin menyalakan bara semangat baru.
“Kami ingin Solo menjadi salah satu titik penting perkembangan equestrian di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Harapannya, rider-rider muda berani naik kelas dan mencoba nomor yang lebih menantang,” kata salah satu pengelola.
Arena yang lebih luas memungkinkan latihan lebih variatif—mulai dari show jumping dasar hingga latihan teknik yang lebih tinggi. Tak hanya itu, ruang terbuka yang teduh serta sistem kandang yang rapi menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi kuda-kuda.
Menumbuhkan Komunitas, Merawat Mimpi

Di luar pagar arena, beberapa anak muda tampak mengamati latihan, sebagian memegang helm, sebagian masih memijit sarung tangan berkudanya. Mereka adalah calon rider—generasi baru yang mulai jatuh cinta pada olahraga ini.
Atmosfer SEC terasa seperti ruang tumbuh: tempat di mana keberanian dilatih, kesabaran diuji, dan rasa percaya antara manusia dan hewan dipahat perlahan.
Jika ekspansi ini menjadi pemicu bagi lebih banyak penggemar berkuda di Jawa Tengah, maka Solo Equestrian Centre bukan hanya mengembangkan fasilitas, tetapi juga menanamkan mimpi. Mimpi tentang rider-rider lokal yang kelak berdiri di podium besar, membawa nama kotanya dengan bangga.
Dan pagi yang cerah itu, langkah kuda yang memecah debu di arena seakan menjadi pertanda—bahwa sebuah perjalanan baru sedang dimulai. (Den)

