LESINDO.COM – Suatu pagi, seorang lelaki duduk di tepi jalan kecil di depan rumahnya. Kopi hitam di tangan mulai mendingin, sementara pikirannya berkelana entah ke mana. Ia baru saja kehilangan pekerjaan yang sudah ia tekuni bertahun-tahun. Hatinya penuh tanya — mengapa hal ini harus terjadi? Mengapa saat ia merasa segalanya stabil, justru hidup mengajarkan bentuk kehilangan yang tak ia duga?
Kita semua, dalam waktu yang berbeda, pernah berada di posisi seperti lelaki itu. Ketika kenyataan tidak berjalan sesuai rencana, kita bertanya-tanya: apa maksudnya semua ini?
Namun, mungkin bukan jawaban yang segera kita butuhkan, melainkan kesediaan untuk berpikir lebih dalam — menggunakan logika yang jernih, bukan sekadar rasa yang terburu-buru.
“Bermainlah dengan logikamu,” kata seseorang bijak, “sampai kamu tahu bahwa setiap kejadian punya alasan — apa dan kenapa.”
Kalimat itu mengajarkan bahwa hidup bukan sekadar tentang perasaan. Ada pola, ada keteraturan, ada hukum sebab-akibat yang membentuk setiap peristiwa. Dengan logika, kita diajak menelusuri benang halus yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, agar kita tahu ke mana langkah berikutnya seharusnya menuju.
Kegagalan, misalnya, sering kali dianggap sebagai tanda bahwa kita tak cukup mampu. Padahal bisa jadi, itu cara hidup mengarahkan kita ke jalan yang lebih sesuai. Kehilangan bukan selalu hukuman — kadang, itu cara semesta mengosongkan tangan kita agar bisa menerima sesuatu yang lebih baik. Bahkan kepergian seseorang yang kita cintai, seberat apa pun rasanya, mungkin adalah bentuk perlindungan yang tak langsung kita pahami.
Logika mengajarkan apa yang terjadi, sementara hati membantu kita menerima mengapa itu harus terjadi.
Keduanya, jika berjalan berdampingan, menumbuhkan kebijaksanaan. Kita mulai melihat bahwa hidup tidak selalu harus dimengerti sekarang; beberapa makna hanya bisa ditemukan setelah waktu memberi jarak.
Seiring perjalanan, kita akan mengerti bahwa tidak ada kejadian yang benar-benar sia-sia.
Bahwa setiap tawa, setiap air mata, bahkan setiap keterlambatan, punya perannya masing-masing dalam membentuk siapa kita hari ini.
Mungkin hidup bukan tentang mencari jawaban yang cepat, tetapi tentang kesediaan untuk tetap berpikir jernih di tengah ketidakpastian. Karena saat logika dan hati akhirnya bertemu, kita akan sadar — segala sesuatu terjadi bukan tanpa sebab.
Dan setiap kejadian, sekecil apa pun, selalu punya alasan — apa dan kenapa. (Ni Luh)


