LESINDO.COM-Di balik megahnya Gunung Sumbing, terdapat sebuah desa yang dijuluki Nepal van Java. Julukan itu bukan tanpa alasan. Rumah-rumah berjejer rapi di lereng curam, berpadu dengan hijaunya terasering sayuran yang menyejukkan mata. Pemandangan indah ini menjadi latar kehidupan masyarakat yang sederhana namun penuh keteguhan.
Sebatang rokok selalu menghiasi bibirnya, tubuhnya dibungkus jaket tebal berwarna biru-oranye yang merupakan komunitas ojek nepal van java. Ia tampak sedang beristirahat sambil merokok, dengan kedua tangan diangkat ke kepala. Latar belakang terlihat berupa terasering hijau khas lereng gunung, yang menandakan kehidupan pedesaan pegunungan. Gestur sederhana itu seolah menjadi simbol kedamaian tak perlu banyak hal untuk merasa cukup, asal hati tetap tenang.

Potret kesederhanaan hidup masyarakat di lereng gunung Sumbing, seperti di kawasan Nepal van Java, Magelang. Dengan pakaian kerja seadanya, wajah penuh keteguhan, dan kebiasaan kecil seperti merokok untuk melepas lelah, tersirat keseharian yang penuh kedamaian meski dalam keterbatasan. Keindahan alam pegunungan berpadu dengan kehidupan warganya yang bersahaja, menghadirkan nuansa tenteram dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.
Warga Nepal van Java sebagian besar adalah petani. Seiring waktu banyaknya kunjungan tamu yang datang di Nepal van Java Ojek wisata menjadi salah satu alternatif penghasilan yang cukup menjanjikan. Setiap pagi mereka berangkat menjemput tamu menantang udara dingin pegunungan demi sebuah harapan yang menjadi sumber nafkah keluarga. Hanya satu-satunya kendaraan roda dua yang bisa digunakan untuk menuju dibeberapa titik obyek wisata. Sempitnya jalan, jalan nanjak jalan berliku sudah menjadi makanan setiap hari meski hidup tidak mewah, masih ada rasa syukur yang selalu menyertai.
Di sini, kesederhanaan bukan sekadar pilihan, melainkan cara hidup. Alam yang bersahabat menjadi teman setia, sementara kedekatan antarwarga menjaga harmoni. Di lereng gunung, kedamaian hadir bukan dari gemerlap, melainkan dari ketulusan menjalani hari-hari apa adanya. (Jihan)