spot_img
BerandaHumanioraSampah Menjadi Nilai Ekonomi di Desa Menjing

Sampah Menjadi Nilai Ekonomi di Desa Menjing

LESINDO.COM – Sampah sudah menjadi bagian dari masalah kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat, tidak hanya diperkotaan besar saja sampah menjadi masalah yang sangat komplek. Sampah juga sudah menjadi bagian keseharian di desa-desa, akibat sampah yang tidak dikelola dengan berdampak pada pencemaran lingkungan yang bisa mengakibatkan fatal apalagi kalau sudah meresap pada permukaan tanah air akan menjadi tidak layak kosumsi lagi.  Berangkat dari keperihatinan ibu-ibu di Rt 02 Rw 02 Menjing tergerak untuk membentuk komunitas yang di wadahi dalam Mukti  Berseri. “Desa Menjing dibeberapa tempat sudah kesulitan untuk pembuangan sampah, pada hal ini masih lingkup desa dan jauh dari ibu kota kabupaten  masih 30 km, kaitannya dengan sampah sudah menjadi problem di desa kami”, kata Sumartini, S.Pd (39) selaku ketua penggerak bank sampah

Pengelola dan Anggota Bank Sampah Mukti Berseri

Mukti Berseri dalam struktur pelindung kepala Desa Menjing Bapak H. Ahmad Supardi, Ketua Suwartini. S.Pd, sekertaris Anita Dyah Kustanti, bendahara Atun dan anggota Qomsiatun,  Dwi Rahayu. Nama dari Mukti Berseri sendiri memiliki makna tersendiri dari kelompok penggiat bank sampah ini, dari anggota yang tidak lebih dari 70 anggota utamanya  ibu rumah tangga selain memberikan kesadaran tentang pencemaran limbah sampah, berharap menjadikan sarana agar anggotanya mendapat kemulyaan  hidup yang sejahtera.  “Mukti berarti hidup berkecukupan atau bahagia dan berseri selalu nampak riang karena kondisi lingkungan yang nyaman dan tubuh yang sehat artinya mukti berseri  harapan masa depan yang lebih baik dan penuh kebahagiaan, kalau dalam bahasa Arab mukti artinya pemberani”,  ungkap Anita Dyah Kustanti selaku sekretaris

Karena lingkupnya masih satu RW, lebih lanjut Sumartini mengungkapkan anggotanya masih sedikit  dan belum melangkah ke RW yang lain karena masih ada beberapa  kendala yang hadapi kelompok Mukti Berseri yang berdiri tahun 2017, yaitu kaitannya dengan gudang sebagai penampungan sampah, tenaga operasional yang masih terbatas karena harus memilah sampah-sampah yang masih dalam satu wadah. Terkadang  ada pengurus seperti hamil muda saja mual-mual karena bau yang menyengat, pengakutan sampahnya  dilakukan dengan cara diangkut menggunakan sepeda motor oleh para pengelolanya. Terlebih termasuk kesadaran warga yang masih rendah dalam pembuangan sampah andaikan dikelola dengan baik akan menghasilkan nilai ekonomi.  “Baiknya anggota Mukti Berseri dari rumah sudah menyiapkan 2 bak ember yang didalamnya ada plastik untuk memilah sampah yang basah dan sampah yang kering sehingga lebih memudahkan para pengelola sampah tidak memilah lagi”, kata Daryuni istri kepala Desa Menjing memberikan pembinaan.

Dalam perputaranya hitungan satu bulan masih relative kecil perkiraan Rp. 200.000, karena anggotanya yang masih sedikit terkadang ada yang masih malas untuk mengumpulkan, bahkan sudah disiasati setiap pertemuan PKK sekalian membawa sampah. Anggota Mukti Berseri yang diwakili para pengurus saat bertemu pihak kelurahan agar bisa membantu untuk tempat penampungan yang cukuplah untuk digunakan sebagai gudang dan apabila manajemen sampah bisa berjalan dengn baik bisa jadi akan melangkah lebih jauh bisa mengkaver seluruh RW yang ada di desa Menjing. Untuk semantara ini sampah-sampang yang diterima para pengelola Mukti Berseri uangnya ditabung dan menjadi kesepakatan akan diambil setahun sekali sehingga biar uangnya terkumpul banyak, namun bagi anggota yang memintanya tanpa harus menunggu setahun karena keadaan kebutuhan penguruspun bisa memaklumi. “Niat kami bergerak karena kepedulian lingkungan atas sampah kalaupun menghasilkan itu adalah  yang membuat kami semangat, bahkan sampai saat ini pun pengurus atau pengelola masih sebagai relawan belum ada uang lelah apalagi gaji,” papar Sumartini mengakhiri. (mac)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments