LESINDO.COM-Pokari (Paguyuban Onthelis Kawula Alit Ringin) salah satu komunitas sepeda onthel tua, yang bermarkas di Ngringin Kartasura sejak 1 April 2017 beranggotakan kurang lebih 16 orang. Kebanyakan para anggota berasal dari tetangga, teman dan saudara yang tidak jauh dari lingkungan sekitarnya. Pokari merupakan suatu paguyuban para pecinta sepeda tua yang dinaungi dalam OSM (Onthelis Sukoharjo Makmur). “Di Sukoharjo ada sekita 100 paguyuban atau komunitas sepeda tua hampir 1.300 orang yang tergabung dalam OSM yang sudah berbadan hukum, salah satunya yang tergabung adalah Pokari, pengurus OSM juga ada dari Pokari,” kata Agung Mulyadi selaku ketua Pokari.
Menurut Sastro Bawer salah satu pengurus Pokari, meskipun beranggotakan sedikit namun sangat dikenal para goweser secara nasional karena mortal. Yang pernah kita tutup jalan goweser dari Kebumen, Surabaya, Indramayu, Jakarta, Bogor, Purworejo, Malang. Dikenalnya Pokari karena kepedulian mortal para pecinta sepeda tua yang sering melintas diseputaran Solo. Para onthelis yang melintas salah satunya Rahmad Sutikno yang berasal dari kota Malang yang pernah keliling Asia Tenggara selama 15 bulan. “Pak Tikno kita portal atau jalannya kita tutup agar berkenan untuk istirahat dimarkas Pokari, selama 5 hari kita jamu ala kadarnya kita peduli pada rekan-rekan goweser yang melintas jarak jauh,” tandas Supriyanto.
Banyak komunitas onthelis sepeda tua yang ada di Solo Raya namun yang peduli mortal atau menutup jalan bagi para goweser jarak jauh sangat sedikit. Bukan kita merasa hebat diantara komunitas lain tetapi Pokari merasa peduli para goweser yang melintas terlebih Kartasura dan Solo adalah kota perlintasan agar mereka bisa istirahat untuk memulihkan stamina. Kalau sakit ya kita berikan obat dan kalau membutuhkan perawatan dokter ya kita antar. “Kita support, apa yang mereka butuhkan kita bantu untuk kelancaran perjalanan, yang terpenting para goweser itu butuh istirahat. Seperti semboyan Pokari tambah paseduluran, saat mortal atau menutup jalan bagi anggota kita tawarkan yang waktu itu longgar, ya karena para anggota juga kerja,” terang Sastro Bawer 38 tahun
Saat melakukan touring Pokari memiliki Ikon yang menjadi cucuk lampah paling depan dengan kostum tokoh Gareng dari pakaian muka atribut. Kalau ada rombongan sepeda tua ada Gareng sudah bisa di pastikan adalah Paguyuban Pokari. “Mengapa ikonnya Gareng kulo naming remen mawon (saya hanya merasa senang saja), pas di pasar Klewer menemukan pakaian Gareng koq asik, dan akhirnya disepakati Pokari menjadi ikonnya,” Kata Teguh yang sekaligus memerankan sebagai Gareng.
Komunitas Pokari agenda setiap malam Sabtu sekali berkumpul dalam pertemuan anggota sekedar sarasehan tentang onthel tua, tentang persiapan kalau ada gowes undangan atau gowes anggota. Setiap pertemauan ada iuaran anggota tidak terlalu besar hanya sebesar 2000 rupiah setiap datang. “Iuran itu digunakan untuk kalangan sendiri untuk sosial, kadang juga persiapan kalau ada ivent gowes jarak jauh, persiapan untuk peralatan, onderdil, P3K paling tidak dalam perjalanan kita sudah persiapan,“ kata Agung Mulyadi yang dituakan mengakhiri. (mac/chyo)