Selamat Haru Guru Nasional dan HUT PGRI Ke-80. Guru Hebat Indonesia Kuat!
Penulis
Mahasiswa PLP Universitas Sebelas Maret
SD Negeri Makamhaji 05 Kartasura
Periode 2025
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret memiliki sebuah program wajib bagi seluruh mahasiswa: Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). Program ini sebelumnya dikenal sebagai Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Meskipun namanya berganti, esensi kegiatan tetap sama—mahasiswa turun ke sekolah untuk mengenal denyut nadi dunia pendidikan yang sesungguhnya.
Setiap mahasiswa yang telah memenuhi mata kuliah prasyarat berhak melaksanakan PLP sesuai program studinya. Bagi mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), lokasi penempatan berada di sekolah-sekolah dasar di wilayah Karesidenan Surakarta.
Kolaborasi Baru di Kartasura
Tahun ini, Program Studi PGSD UNS menghadirkan penyegaran dengan menjalin kerja sama baru dengan sekolah dasar di Kecamatan Kartasura. Mahasiswa semester 7 disebar di seluruh SD di wilayah tersebut, mulai dari SD Negeri Makamhaji 05 di ujung timur hingga SD Negeri Pabelan 02 di ujung barat.
Lalu, bagaimana aktivitas PLP di SD Negeri Makamhaji 05? Apakah para mahasiswa sekadar belajar mengajar, atau justru belajar dan mengajar?
Mekanisme PLP: Dari Edaran hingga Penarikan
Untuk memahami makna daripada kegiatan PLP ini, marilah kita telisik terlebih dahulu mekanisme program PLP ini, berbagai berita mengenai PLP dapat diikuti di laman SIPLP FKIP atau lama FKIP UNS. Program ini dimulai dengan pemberitahuan melalui edaran oleh kaprodi masing masing prodi pada tanggal 14 Juni 2025. Kemudian mahasiswa perlu mendaftar PLP secara online dan dilanjutkan dengan verifikasi mahasiswa dan dosen pembimbingnya oleh prodi, sedangkan sekolah memplotting dan memverifikasi guru dan pamong. Setelah seluruh verifikasi sesuai, pihak fakultas akan memplotting koordinator dosen dan pembimbing untuk tiap sekolah, pada tahap ini juga dilaksanakan semiloka antara prodi dengan seluruh kepala sekolah dari sekolah dasar yang ada di Kecamatan Kartasura.
Mahasiswa wajib mengikuti pembekalan tingkat fakultas sebelum akhirnya diserahkan secara resmi kepada pihak sekolah. Setelah kurang lebih tiga bulan berada di sekolah, mereka akan ditarik kembali oleh dosen pembimbing.
Di rentang waktu itulah, mahasiswa PLP mulai mengenal lingkungan sekolah melalui observasi, interaksi, hingga keterlibatan langsung dalam pembelajaran.
Ritme Kehidupan di SD Negeri Makamhaji 05

SD Negeri Makamhaji 05 memiliki rutinitas pembiasaan pagi yang tertata. Setiap Senin berlangsung upacara bendera. Selasa dan Sabtu diisi dengan Senam Anak Hebat. Rabu pagi anak-anak melaksanakan salat Dhuha bersama di halaman sekolah. Kamis dan Jumat diwarnai kegiatan literasi, baik literasi Bahasa Jawa maupun literasi Keagamaan.
Kegiatan ekstrakurikuler juga berjalan aktif. Kamis untuk Pramuka bagi kelas 3–5, sedangkan Sabtu menjadi ruang bagi ekstra pilihan seperti Seni Tari, Baca Tulis Al-Qur’an, dan Taekwondo.
Setiap kelas memiliki wali kelas yang mengampu mata pelajaran umum. Sementara bidang spesifik seperti Bahasa Inggris, Agama, PJOK, dan Seni diajarkan oleh guru yang berkompeten di bidangnya. Proses belajar dominan berlangsung di kelas, namun sesekali guru mengajak siswa belajar di luar ruangan untuk menyegarkan suasana.
Tujuan PLP: Mempersiapkan Guru yang Utuh
PLP dirancang untuk menyiapkan para mahasiswa agar mampu mengajar di berbagai lingkungan, tidak hanya sekolah. Fakultas menargetkan mahasiswa menguasai delapan kompetensi mengajar, sekaligus terampil memanfaatkan teknologi pembelajaran.
Namun semua tujuan itu kembali pada mahasiswa sendiri: adakah panggilan hati untuk turut mewujudkan amanat negara—mencerdaskan kehidupan bangsa?
Belajar dengan Mata, Hati, dan Telinga
Mahasiswa PLP di SD Negeri Makamhaji 05 memulai perjalanan mereka dengan mengamati: kegiatan pembiasaan pagi, dinamika kelas, karakter guru, hingga ritme belajar anak-anak. Setelah tahap observasi, mereka mulai terlibat mengisi kegiatan, membantu guru pamong, hingga akhirnya mengajar mandiri.
Sering kali mereka mengalami culture shock—kaget oleh budaya baru, aturan baru, atau pola interaksi yang belum pernah mereka temui. Sekolah dasar menjadi “rumah baru” yang menuntut kemampuan adaptasi. Kenyamanan tidak datang begitu saja; ia tumbuh seiring keterbukaan sikap dan kesiapan mental.
Namun, seperti air mengikuti bentuk wadahnya, lambat laun mereka beradaptasi. Mereka mulai memahami ritme sekolah, membangun interaksi hangat dengan siswa, hingga merasakan kepercayaan diri ketika berdiri di depan kelas.
Mengajar Itu Proses: Merencanakan, Melaksanakan, Merefleksikan

Kegiatan belajar mengajar dimulai dari perencanaan. Mahasiswa harus menganalisis materi, menentukan model pembelajaran, memilih media, lalu menyusunnya dalam modul ajar sesuai kurikulum.
Pelaksanaan pembelajaran sering kali tidak semulus rencana. Pada awalnya mereka banyak melakukan kesalahan—grogi, terlalu cepat, atau mungkin lupa alur. Namun perlahan, mereka menemukan ritme dan gaya mengajar masing-masing, sebuah tanda bahwa mereka sedang tumbuh.
Evaluasi menjadi bagian penting. Bentuknya bisa pertanyaan, kuis, atau proyek. Kreativitas mahasiswa diuji di sini, sekaligus menentukan seberapa efektif proses mengajarnya.
Tiga Bulan, Seribu Pelajaran
Setiap pertemuan tentu memiliki perpisahan. Pada akhirnya hanya tersisa dua kata: terima kasih dan mohon maaf. Mahasiswa, guru pamong, dan siswa sama-sama manusia yang saling belajar satu sama lain.
Pengalaman tiga bulan di SD Negeri Makamhaji 05 menjadi sumber belajar yang tak ternilai: mulai dari mengisi kegiatan pagi, membagikan Makanan Bergizi (MBG), mengikuti ekstrakurikuler, mengajar di kelas, hingga menyatu dalam keseharian sekolah.
Mereka pun menyadari bahwa mengajar bukan hanya soal menyampaikan materi, tetapi juga mengenali karakter anak, menata emosi, dan menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Ucapan Terima Kasih
Penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Kepala Sekolah SD Negeri Makamhaji 05 beserta para guru, staf, dan karyawan yang telah membimbing mahasiswa PLP. Terima kasih pula kepada seluruh siswa kelas 1 hingga kelas 6 yang memberikan pengalaman berharga selama tiga bulan perjalanan PLP.

