spot_img
BerandaJelajahjelajahParadigma yang Bergeser: Ketika Sekolah Tak Lagi Jadi Rumah Kedua

Paradigma yang Bergeser: Ketika Sekolah Tak Lagi Jadi Rumah Kedua

Namun zaman telah berubah. Ketegasan yang dulu dianggap wajar, kini bisa menjadi bahan perdebatan panjang. Dunia pendidikan pun berada di persimpangan: antara menjaga nilai kemanusiaan dan mempertahankan wibawa pendidik.

LESINDO.COM – Generasi yang sudah berbeda sejak tahun awal tahun 2000-an, dunia pendidikan di Indonesia mulai mengalami pergeseran yang pelan tapi pasti. Sekolah yang dulu menjadi tempat anak belajar kedisiplinan, karakter, dan sopan santun, kini sering kali justru menjadi medan ujian bagi hubungan antara guru dan orang tua.

Keterlibatan orang tua memang semakin nyata. Namun, ketika anak terlibat masalah di sekolah, sebagian orang tua tidak lagi memilih jalan tabayun atau musyawarah. Tak jarang, permasalahan kecil dibawa ke ranah hukum. Padahal, di balik setiap teguran, guru sebenarnya sedang berupaya menanamkan nilai tanggung jawab dan menghormati orang yang lebih tua. “Perilaku anak pada dasarnya adalah cerminan dari bagaimana anak dibentuk di rumah dan di  lingkungnya,” tutur seorang pemerhati pendidikan dengan nada prihatin.

Dengan kerjasama yang baik antara orang tua dan sekolah, lingkungan belajar dapat kembali menjadi “rumah kedua” yang penuh kasih sayang dan dukungan bagi anak-anak. (mac)

Di tengah kompleksitas dunia pendidikan saat ini, guru dituntut untuk mendidik tanpa boleh sedikit pun tampak ‘menghukum’. Padahal, setiap tindakan tegas yang dilakukan guru sejatinya adalah bentuk kasih sayang—cara mendidik yang bertujuan agar anak belajar dari konsekuensi, bukan untuk melukai.

Namun zaman telah berubah. Ketegasan yang dulu dianggap wajar, kini bisa menjadi bahan perdebatan panjang. Dunia pendidikan pun berada di persimpangan: antara menjaga nilai kemanusiaan dan mempertahankan wibawa pendidik.

Guru tetaplah manusia. Ada kalanya lelah, ada kalanya emosi muncul tanpa disengaja. Sebuah teguran yang tak diindahkan, bisa memantik reaksi spontan yang sesungguhnya tak bermaksud menyakiti. Hanya refleks dari rasa tanggung jawab—tanggung jawab mendidik generasi yang kelak akan menggantikan mereka.

Kini, sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga cermin zaman: tempat di mana nilai-nilai lama dan baru beradu mencari keseimbangan. Dan di antara itu semua, guru masih berdiri di garis depan—berjuang, meski kadang tak lagi sepenuhnya dipercaya. (Fai)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments