spot_img
BerandaBudayaMisteri Relief Flora dan Fauna Candi Borobudur

Misteri Relief Flora dan Fauna Candi Borobudur

Lesindo.com – Candi Borobudur adalah salah satu dari warisan dunia. Menurut sejarah, bangunan kuno itu dibangun oleh Wangsa Syailendra pada tahun 800-an Masehi. Berabad-abad kemudian, candi itu ditemukan pada zaman penjajahan Inggris, tepatnya pada 1814, di mana saat itu reruntuhannya ditemukan pada sebuah bukit yang dipenuhi semak belukar.

Walaupun sudah bertahun-tahun menjadi ikon pariwisata Indonesia, Candi Borobudur masih menyimpan jutaan misteri yang terpendam. Para ilmuwan masih berusaha mencari tahu siapa penggagasnya, siapa arsiteknya, untuk apa candi itu dibangun dan difungsikan, dan berbagai pertanyaan lainnya. Oleh karena itu berbagai penelitian terus dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Salah satu objek penelitian di Candi Borobudur adalah relief-reliefnya. Tercatat di sana terdapat sepuluh tingkatan relief yang terbagi atas empat cerita. Salah satu relief yang amat penting di candi itu adalah Lalitavistara.

Relief ini menceritakan tentang kehidupan Sang Buddha sejak berada di kahyangan sampai turun ke dunia dalam wujud Siddharta Gautama. Selain itu, pada relief ini terdapat penggambaran kekayaan flora dan fauna Nusantara pada zamannya.

Satu-satunya di Dunia

Dari berbagai situs ajaran Buddha yang tersebar di seluruh dunia, Relief Lalitavistara hanya terdapat di Candi Borobudur. Terdiri dari 120 panel, relief ini diambil dari Kitab Sutra Lalitavistara yang menceritakan kehidupan Sang Buddha di kahyangan dan kemudian turun ke bumi dalam wujud Siddharta Gautama.

Dilansir dari YouTube LIPI, pembacaan kisah Lalitavistara di Candi Borobudur dilakukan secara pradaksina, artinya pembacaan dilakukan mulai dari sisi timur dan kemudian mengitari lorong candi searah jarum jam. Pembacaan relief itu berakhir pada sisi timur candi sebelah kanan.

Akulturasi Budaya India-Jawa

Salah satu hal yang menarik pada Relief Lalitavistara adalah penggambaran kisah pada Kitab Laliatvistara yang notabene berasal dari India dalam wujud kondisi Jawa pada waktu itu. Itu artinya walaupun berisi ajaran Buddha, relief-relief yang tergambar pada dinding candi merupakan wujud dari kehidupan masyarakat Jawa pada waktu candi itu dibangun.

“Semua penggambaran baik itu manusia, kondisi lingkungan sekitar, seperti pepohonan, alat transportasi, dan fauna-nya, itu dipahatkan sesuai dengan kondisi lingkungan Jawa Kuno pada saat itu. Yakni sekitar abad 8-10 Masehi,” kata Ahli Arkeologi Balai Konservasi Borobudur Hari Setyawan.

Banyak Gambar Flora dan Fauna

Banyak terdapat gambar flora dan fauna pada Relief Lalitavistara. Dalam sebuah relief, digambarkan ada berbagai jenis hewan yang hidup pada sebuah hutan. Hewan-hewan itu hidup berdampingan dengan warga setempat yang juga digambarkan di sana.

Sementara itu dalam relief yang sama juga digambarkan rimbunan pepohonan yang menjadi latar tempat itu. Sementara itu Sang Buddha sendiri berada di tengah-tengah gambar para penduduk, hewan-hewan, dan rimbunan pepohonan.

“Relief ini menunjukkan bahwa adanya Shiddarta Gautama di sini memberi kebahagiaan pada semua makhluk,” kata Hari.

Tantangan Proses Identifikasi

Menurut Ahli Flora LIPI Dr. Destario Metusala S.P.,M.Sc, proses identifikasi flora pada relief Borobudur merupakan proses yang menantang. Hal ini dikarenakan obyeknya yang bukan merupakan benda hidup, melainkan batu yang menggambarkan wujud flora pada masanya.

Sementara itu Ahli Fauna LIPI Dr. Cahyo Rahmadi mengatakan proses identifikasi atau taksonomi fauna pada relief candi itu sebenarnya sulit dilakukan karena informasi atau data morfologi yang diperoleh sangat terbatas.

“Kita biasanya identifikasi fauna dengan memegang spesimen, lalu mencermati setiap detail karakter morfologinya. Dari situ dengan mudah kita bisa membedakan satu jenis dengan jenis yang lain. Tapi kalau di relief Borobudur kita dihadapkan pada satu karakter yang sangat terbatas,” ujar Cahyo.

Pengelompokkan Flora dan Fauna pada Relief

Walaupun menghadapi berbagai kendala, proses identifikasi tetap dilakukan. Proses itu dilakukan dengan mengelompokkan flora dan fauna yang ada pada relief yang kemudian dikaitkan dengan Kitab Lalitavistara. Dari proses identifikasi itu, terungkap sebanyak 30-40 jenis spesies tumbuhan dan 51 jenis fauna.

Tak hanya itu, dari keberadaan flora dan fauna pada relief candi itu, terungkap banyak informasi yang diperoleh dalam kisah di sana seperti penanda waktu maupun tempat kejadian.

“Pagi itu binatang apa, siang binatang apa, malam binatang apa, itu menggambarkannya sedemikian rupa tidak asal memunculkan binatang, tapi dikaitkan dengan kebutuhan cerita,” jelas Dr. Pindi Setiawan M.Si, Ahli Desain Komunikasi Visual LIPI.

Pemahatnya Ahli Biologi?

Menurut Cahyo, adanya binatang-binatang itu membuktikan bahwa para pemahat di Candi Borobudur tidak hanya sekedar sebagai seorang artis atau seniman pahatan, namun juga seorang ahli biologi yang bisa memahami fauna dengan tingkat kedetailan seperti seorang taksonom hewan.

“Menurut saya ini adalah suatu mahakarya yang mengandung banyak pengetahuan dalam konteks faunanya. Tidak hanya sekedar cerita tentang Buddha, tapi tentang pola perilaku fauna dalam kehidupan mereka sehari-hari,” ujar Cahyo.7 dari 8 halaman

Bercerita tentang Hubungan Manusia dengan Alam

Menurut Ahli Antropologi LIPI Aris Arif Mundayat, keberadaan flora dan fauna pada Candi Borobudur menjadi sangat penting untuk mempelajari hubungan manusia dengan alam pada zaman itu. Mempelajari relief itu juga bermanfaat bagi perkembangan pada segala bidang disiplin ilmu.

“Pengamatan ini bisa menjadi suatu paradigma keilmuan yang bisa memahami urusan alam semesta, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan penciptanya, dan juga hubungan manusia dengan teknologi,” kata Aris.

Perpustakaan yang Terpendam

Menurut Hari, Candi Borobudur adalah sebuah perpustakaan ilmu pengetahuan yang terpendam pada relief-reliefnya. Mempelajari relief di candi itu sama saja dengan mempelajari banyak hal tentang kehidupan pada zamannya.

“Jadi dengan mempelajari relief kita akan paham mengenai kondisi lingkungan sosial budaya pada saat itu. Ini baru kami lakukan dengan disiplin ilmu yang bervariasi dan banyak interpretasi yang kita dapatkan untuk memperkaya khazanah ilmu budaya kita,” terang Hari.[shr]

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments