spot_img
BerandaBudayaMerdu Gending dari SDN Pucangan 04: Karawitan yang Tumbuh dari Semangat Anak-anak

Merdu Gending dari SDN Pucangan 04: Karawitan yang Tumbuh dari Semangat Anak-anak

Bagi anak-anak, karawitan bukan hanya pelajaran seni, tetapi juga sarana menanamkan nilai-nilai luhur. Mereka belajar disiplin datang tepat waktu, bekerja sama dalam irama, serta menghargai perbedaan nada dan tempo.

LESINDO.COM – Suara kendang berpadu lembut dengan denting saron dan bonang menggema dari ruang seni SDN Pucangan 04 Kartasura. Di ruangan sederhana itu, puluhan anak berseragam batik duduk bersila rapi di depan seperangkat gamelan. Sesekali pelatih menepuk kendang, memberi aba-aba, lalu deretan tangan kecil itu bergerak serempak menabuh alat masing-masing. Wajah mereka tampak serius, namun di balik kesungguhan itu tersimpan kebanggaan dan kebahagiaan yang tulus.

Tumbuh dari Masa Sulit

Grup karawitan SDN Pucangan 04 lahir pasca masa pandemi COVID-19 pada tahun 2021. Beranggotakan 25 siswa, kelompok ini tumbuh menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler paling diminati di sekolah. Setiap hari Senin kelas 5 dan hari Kamis untuk kelas 4 sepulang sekolah, anak-anak berlatih dengan tekun di bawah bimbingan guru seni dan pelatih karawitan. Mereka mempelajari berbagai gending klasik seperti Ladrang Wilujeng dan Lancaran Kebo Giro, gending-gending yang tidak hanya indah didengar, tetapi juga sarat makna filosofi.

Karawitan SDN Pucangan 04 Pentas dalam mengikuti acara Fetivas Dalang Cilik Tingat Kabupaten. (mac)

Ketekunan itu membuahkan hasil manis. Pada tahun 2022, grup karawitan ini berhasil meraih Juara II lomba karawitan tingkat Kabupaten Sukoharjo. Sejak saat itu, undangan tampil datang silih berganti — mulai dari perayaan Hari Ulang Tahun Kartasura ke-344, Festival Dalang tingkat kabupaten, hingga Car Free Day di Jalan Slamet Riyadi Solo. Setiap penampilan mereka selalu disambut tepuk tangan meriah dari penonton.

Irama yang Menyatukan Rasa

“Anak-anak punya semangat luar biasa,” tutur Bayu Adi Prasetiyo, S.Sn. (29), pelatih karawitan. “Mereka datang latihan dengan antusias, bahkan sering meminta tambahan waktu agar bisa lebih kompak. Dalam karawitan, bukan hanya soal menabuh gamelan, tetapi bagaimana menyatukan rasa dan irama. Kalau sudah menyatu, musiknya akan hidup,” ujarnya sambil tersenyum.

Bagi Bayu, gamelan bukan sekadar alat musik. Ia adalah jembatan antara rasa, kebersamaan, dan karakter. “Anak-anak belajar saling mendengarkan, sabar menunggu giliran bunyi, dan tidak ingin menonjol sendiri. Itulah pendidikan karakter sejati,” tambahnya.

Dukungan Sekolah dan Orang Tua

Kepala SDN Pucangan 04, Sri Rahayu, M.Pd., yang juga pembina kegiatan karawitan, mengakui bahwa keberhasilan kelompok ini tidak lepas dari peran semua pihak.
“Orang tua sangat mendukung, bahkan sering datang menonton latihan. Sekolah tinggal memfasilitasi dan memberi ruang agar anak-anak bisa menyalurkan bakatnya,” ungkapnya.

Dalam setiap latihan, para siswa juga mengenakan busana tradisional Jawa seperti jarik dan lurik. Bukan sekadar seragam, pakaian itu menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya dan memberi suasana khidmat setiap kali gending mulai ditabuh.

Nada yang Mendidik Karakter

Tampil di acara Hari Ulang Tahun Kartasura yang ke 344 T di Pelataran Peninggalan Keraton Kartasura. (mac)

Bagi anak-anak, karawitan bukan hanya pelajaran seni, tetapi juga sarana menanamkan nilai-nilai luhur. Mereka belajar disiplin datang tepat waktu, bekerja sama dalam irama, serta menghargai perbedaan nada dan tempo. “Saya suka main kenong karena suaranya kuat. Kalau semua alat bunyi bareng, rasanya musiknya hidup,” ujar Arkan Atara Syakib, siswa kelas VI dengan mata berbinar.

Menggema Lebih Jauh

Kini, SDN Pucangan 04 menatap masa depan dengan optimis. Sekolah berharap kelompok karawitannya dapat tampil hingga tingkat provinsi, bahkan nasional. Dengan semangat anak-anak yang tak pernah padam dan iringan gamelan yang terus berbunyi, denting gending dari SDN Pucangan 04 diyakini akan terus menggema — membawa pesan tentang harmoni, kerja sama, dan kecintaan pada budaya bangsa. Karena bagi mereka, setiap tabuhan gamelan bukan sekadar musik, melainkan suara hati yang tumbuh dari semangat anak-anak negeri. (mac)

 

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments