spot_img
BerandaJelajahMenikmati Senja di Pinggir Waduk Cengklik: Dari Tempat Mancing Menjadi Destinasi Healing...

Menikmati Senja di Pinggir Waduk Cengklik: Dari Tempat Mancing Menjadi Destinasi Healing Generasi Z

Kini, banyak kafe tidak hanya menjual rasa pada menu makanannya, tetapi juga menjual suasana, pencahayaan, hingga sudut-sudut ruang yang “instagramable”. Setiap meja, dinding, bahkan pemandangan di balik kaca bisa menjadi bagian dari karya foto yang segera diunggah ke Instagram — sekaligus menjadi promosi gratis bagi pengelolanya.

LESINDO.COM – Di era ketika kamera kecil di genggaman tangan mampu merekam keindahan dunia, banyak anak muda generasi Z berkelana mencari tempat baru yang bisa “diabadikan”. Bukan sekadar jalan-jalan, tapi mencari pengalaman visual — momen yang layak diunggah ke media sosial sebagai penanda bahwa mereka pernah singgah dan menikmati keindahan di suatu tempat.

Fenomena ini melahirkan tren baru dalam dunia wisata: berburu spot foto estetik. Kini, banyak kafe tidak hanya menjual rasa pada menu makanannya, tetapi juga menjual suasana, pencahayaan, hingga sudut-sudut ruang yang “instagramable”. Setiap meja, dinding, bahkan pemandangan di balik kaca bisa menjadi bagian dari karya foto yang segera diunggah ke Instagram — sekaligus menjadi promosi gratis bagi pengelolanya.

Dari kejauhan, siluet Gunung Merapi dan Merbabu tampak samar di balik langit jingga yang perlahan berubah warna menjelang senja. (mac)

Salah satu tempat yang kini naik daun adalah deretan kafe di sekitar Waduk Cengklik, Boyolali, yang terletak tidak jauh dari Bandara Adi Soemarmo, Solo. Dahulu, waduk ini hanya dikenal sebagai tempat memancing. Airnya tenang, digunakan untuk mengairi sawah di sekitar wilayah Ngemplak dan sekitarnya. Namun kini, wajah Waduk Cengklik berubah drastis.

Di bagian utara waduk, kafe-kafe tumbuh berjejer. Masing-masing menawarkan keunggulan pemandangan dan suasana. Dari balkon atau area terbuka, pengunjung bisa menikmati lanskap Gunung Merapi dan Merbabu yang berdiri gagah di kejauhan. Ketika sore tiba dan cuaca cerah, suasana menjadi semakin magis: pantulan cahaya keemasan matahari terbenam menyentuh permukaan air, menghadirkan siluet gunung yang memesona.

Tak heran, setiap akhir pekan — terutama Sabtu sore — tempat ini ramai dipadati pengunjung. Banyak yang rela antre hanya untuk mendapatkan tempat duduk terbaik, memesan segelas kopi atau minuman segar, lalu berfoto di sudut favoritnya.

Di area kafe yang terbuat dari kayu dengan payung besar berwarna putih, para pengunjung duduk santai menikmati sore. (mac)

Suasana semakin hangat dengan alunan live music yang mengiringi sore menuju malam. Obrolan ringan, tawa, dan cahaya lampu-lampu kecil yang menggantung menciptakan kesan romantis dan damai. Bagi sebagian orang, momen ini menjadi waktu untuk melepas penat dari rutinitas; bagi yang lain, menjadi kesempatan untuk mengekspresikan diri melalui lensa kamera.

Waduk Cengklik kini tak sekadar waduk — ia telah bertransformasi menjadi ruang healing visual dan emosional. Di sini, generasi muda belajar menikmati alam dengan cara mereka sendiri: mengabadikan keindahan, membagikannya, dan tanpa disadari ikut mempromosikan pesona waduk yang dulunya hanya tempat sunyi bagi para pemancing. (Icha)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments