Laporan perjalanan dari dataran tinggi 2.000 meter
LESINDO.COM – Dataran Tinggi Dieng, di perbatasan Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, sejak lama dikenal sebagai kawasan dengan suhu rendah. Berada di ketinggian rata-rata 2.000 mdpl, suhu harian dapat turun hingga 17 derajat, bahkan lebih rendah pada musim kemarau puncak. Bagi pendatang dari kota besar, hawa dingin pagi sering terasa lebih menusuk daripada yang dibayangkan.
Pagi hari menjadi waktu tersibuk bagi wisatawan. Usai berburu matahari terbit di Batu Angkruk—salah satu spot sunrise yang populer—banyak pengunjung memilih mencari tempat menghangatkan diri sebelum melanjutkan perjalanan ke destinasi lain.
Pemandian Air Hangat, Alternatif untuk Mengusir Dingin
Salah satu pilihan yang kini semakin diminati adalah kolam renang air hangat. Fasilitas ini tergolong baru dan masih dalam tahap pembenahan, namun sudah cukup nyaman digunakan. Area kolam cukup luas dengan pembagian antara laki-laki dan perempuan, dipisahkan oleh dinding tidak terlalu tinggi namun tetap memberikan batas visual.
Saat pertama kali mencelupkan kaki, sensasi air panas tidak langsung terasa menyenangkan. Air yang mengalir dari sumber panas bumi masih sangat hangat, sementara tubuh pengunjung membawa dingin dari luar. Akibatnya, banyak orang spontan menarik kakinya kembali karena merasa terlalu panas. Namun setelah beberapa menit beradaptasi, tubuh mulai menerima suhu air dan sensasi hangat menyebar perlahan.
Jejak Panas Bumi di Sepanjang Jalan

Sepanjang perjalanan menuju pemandian, pengunjung dapat melihat beberapa instalasi milik PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) Dieng. Cerobong-cerobong tinggi yang mengembuskan uap putih menjadi pemandangan khas kawasan ini. Keberadaan panas bumi inilah yang membuat Dieng memiliki pasokan air hangat alami yang stabil.
Air panas yang dialirkan ke kolam sudah melalui proses pengolahan dan tidak memiliki bau belerang yang menyengat, sehingga lebih ramah bagi wisatawan. Kehadiran fasilitas ini juga menjadi salah satu bentuk pemanfaatan energi geotermal yang cukup maksimal untuk kepentingan wisata.
Perlu Memperhatikan Daya Tahan Tubuh
Berendam air panas memang bermanfaat untuk merilekskan otot, memulihkan tubuh setelah perjalanan jauh, serta membantu melancarkan sirkulasi darah. Namun durasi berendam tetap perlu diperhatikan.

Setiap orang memiliki toleransi yang berbeda terhadap suhu tinggi. Sejumlah pengunjung mengaku merasa sedikit pusing atau kehilangan keseimbangan setelah berada terlalu lama di dalam air. Penulis pun merasakan hal serupa—sensasi kepala ringan dan tubuh seperti melayang menjadi tanda untuk segera keluar dari kolam dan beristirahat.
Petugas pemandian juga menyarankan agar pengunjung tidak berendam terlalu lama, terutama bagi mereka yang belum terbiasa dengan suhu air panas atau memiliki kondisi kesehatan tertentu.
Pengalaman Pagi yang Layak Dicoba
Dengan udara dingin khas dataran tinggi, pemandangan uap air yang naik perlahan dari permukaan kolam, dan suasana yang lebih tenang dibandingkan objek wisata utama lainnya, berendam air hangat menjadi aktivitas yang layak dicoba saat berada di Dieng.
Meski fasilitasnya masih terus dibenahi, pengalaman keseluruhan sudah cukup menyenangkan. Pengunjung dapat merasakan tubuh lebih rileks sebelum melanjutkan perjalanan ke Telaga Warna, Kawah Sikidang, Candi Arjuna, atau destinasi lain di sekitarnya.
Dieng bukan hanya soal dingin dan kabut. Di baliknya, ada keseimbangan antara alam, energi panas bumi, dan kenyamanan yang perlahan dibangun. Kolam air hangat menjadi salah satu contohnya—tempat sederhana untuk melepas dingin pagi dan memulai hari dengan tubuh yang lebih hangat dan bugar. (mac)

