LESINDO.COM – Di sebuah ruang kelas kecil pada pagi yang sederhana, seorang guru membuka lembar buku pelajaran. Ia bukan selebritas, bukan pemilik perusahaan raksasa, bahkan mungkin namanya tak pernah tertera di papan penghargaan. Namun di matanya ada cahaya—cahaya yang menyala sabar, bahkan ketika murid-muridnya sibuk menulis atau diam menatap jendela yang berkabut.
Di sudut lain kota, seorang petugas kebersihan menyapu jalanan sebelum fajar benar-benar terjaga. Ia bekerja saat kebanyakan orang masih memeluk mimpi. Tak ada tepuk tangan yang memujanya, tak ada liputan media yang mengabadikan pergerakannya. Tetapi pagi yang bersih itu—yang membuat orang bisa melangkah ringan—lahir dari ketekunannya.
Dan di ruang rumah sakit, seorang perawat berjalan pelan, menyentuh dahi pasien dengan telapak lembut. Ia tidak menandatangani instruksi besar atau mengumumkan keberhasilan medis. Namun pelayanannya membuat seseorang mampu bertahan satu hari lagi.
Begitulah hidup. Tidak semua orang harus menjadi pengusaha, pemimpin negara, atau tokoh besar untuk dianggap berharga. Dunia ini tidak hanya ditopang oleh orang-orang yang tampil di panggung terang, tetapi juga oleh mereka yang bekerja di ruang-ruang sepi dengan cinta dan kesetiaan.
Seringkali, ambisi dan ukuran kesuksesan yang dibuat manusia membuat kita lupa: nilai seseorang tidak ditentukan dari seberapa besar sorotan yang diterimanya, tetapi seberapa tulus ia menjalani perannya.
Alam sebenarnya sudah memberi pelajaran. Ada siang, ada malam. Ada matahari yang menyinari. Ada bulan yang meredupkan. Ada laki-laki yang memikul, ada perempuan yang merawat. Ada angin yang datang, dan ada pohon yang diam, tetap berdiri, menjadi tempatnya bersandar.
Tak satu pun diciptakan sia-sia. Tak ada yang lebih mulia hanya karena tampak lebih bersinar. Semua memiliki fungsi, saling melengkapi, membentuk harmoni.
Di tengah hiruk-pikuk modern, banyak orang mengejar gelar, harta, atau status—seolah hidup hanya layak dijalani ketika kita disebut “berhasil” oleh definisi umum. Padahal, dalam diam, seseorang yang merawat ibunya yang sakit mungkin sedang menuliskan kisah pengabdian paling mulia. Di balik layar, seorang teknisi yang menjaga koneksi agar tetap hidup mungkin tengah memastikan dunia tetap terhubung.
Ketika setiap orang menyadari bahwa hidup ini bukan perlombaan tentang siapa yang lebih tinggi, tetapi tentang siapa yang menjalankan peran dengan penuh cinta, dunia akan menjadi tempat yang lebih tenang untuk ditinggali.
Karena sebetulnya, makna bukan milik mereka yang paling terlihat.
Makna milik mereka yang hadir — sepenuh hati, pada tempat yang dipercayakan kepadanya.
Tidak semua orang harus menjadi pengusaha untuk bisa bermakna.
Ada yang perannya melayani, ada yang mengajar, ada yang menciptakan, ada yang menjaga harmoni di sekitarnya. Kita sering lupa bahwa nilai seseorang tidak diukur dari jenis pekerjaannya, tapi dari seberapa tulus ia menjalani perannya.
Karena ketika setiap orang menjalankan perannya dengan cinta, dunia akan berjalan dengan seimbang. Setiap orang memiliki peranan dan fungsi masing-masing dan alam semesta sudah memberikan kelengkapan saling mengisi, seperti halnya hukum alam ada siang ada malam ada laki ada perempuan disitulah tercipta harmoni. (Fai)

