spot_img
BerandaBudayaMenelisik Tradisi Giling Tebu di PG Tasikmadu

Menelisik Tradisi Giling Tebu di PG Tasikmadu

LESINDO.COM –  Pabrik Gula Tasikmadu, Karanganyar menyimpan banyak cerita sejarah dan tradisi yang sayang dilewatkan. Pabrik Gula Tasikmadu pernah mencapai puncak kejayaan di zaman kolonial, di antara tahun 1928-1929.

Hingga ratusan tahun berjalan, ada tradisi unik yang dilaksanakan Pabrik Gula Tasikmadu, yang terus dipelihara. Yakni tradisi Grebeg Giling,yang biasa disebut masyarakat dengan upacara atau Pesta Rayat Cembengan.

Ritual Grebeg Giling digelar sebagai penanda musim giling tebu dimulai.Sejak awal berdiri Pabrik Gula Tasikmadu, Grebeg Giling ini selalu dilaksanakan pada Jumat Pon, di antara bulan Maret hingga Juni.Ritual ini sebagai salah satu sarana mengungkapkan rasa syukur dan memohon keselamatan kepada Tuhan atas dimulainya prosesi penggilingan tebu.
Sejak Pabrik Gula Tasikmadu didirikan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegara IV pada tahun 1870, setiap tahun menjelang giling tebu selalu diselenggarakan tradisi selamatan seluruh karyawan alias selamatan giling.
Tradisi Grebeg Giling itu kemudian terus hidup dan dilestarikan selama Pabrik Gula Tasikmadu masih beroperasi.

Nah, sebelum dilaksanakan Grebeg Giling, ada upacara ziarah ke beberapa tempat leluhur yang oleh pihak Pabrik Gula Tasikmadu dengan pihak Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo.Upacara ziarah tersebut dilakukan di Mangadeg, Girilayu, dan Giribangun yang berada di Kecamatan Matesih, Karanganyar. Upacara ziarah juga dilakukan di Astana Colomadu.

Grebeg Giling merupakan tradisi yang dilakukan sebelum dimulainya proses penggilingan tebu. Tradisi Grebeg Giling merupakan satu dari berbagai tradisi yang ada di Kabupaten Karanganyar. Untuk meramaikan tradisi tersebut, biasanya ada Cembengan.

Cembengan bisa dikatakan sebagai pesta rakyat dengan penyelenggaranya adalah Pabrik Gula Tasikmadu. Kata Cembengan sendiri berasal dari bahasa Tionghoa, yaitu Cing Bing.Dalam kaitannya dengan tradisi, upacara adat tradisional merupakan suatu bentuk tradisi yang bersifat turun- temurun yang dilaksanakan secara teratur dan tertib menurut adat kebiasaan masyarakat dalam bentuk suatu permohonan atau sebagai dari ungkapan rasa terima kasih.

Ratusan tahun yang lalu sejak Pabrik Gula Tasikmadu didirikan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegara IV (18111881) pada tahun 1870, setiap tahun menjelang giling tebu selalu diadakan tradisi Selametan Seluruh Karyawan atau Selametan Giling.Pihak Pabrik Gula Tasikmadu tidak pernah untuk tidak melakukan tradisi ini karena mereka hanya akan berhenti apabila pabrik sudah tidak bisa digunakan lagi. Dalam tradisi tersebut diadakan persembahan sesaji yang terdiri dari “sajen” yang diletakkan dalam “joli”, yaitu tempat sesaji.

Selain itu, juga masih terdapat ritual-ritual lain yang harus dilakukan. Sebelum terselenggaranya Grebeg Giling, terdapat beberapa prosesi yang harus dilakukan sesuai ketentuan. Prosesi tersebut adalah dilaksanakannya upacara ziarah ke beberapa tempat leluhur yang dilakukan oleh pihak Pabrik Gula Tasikmadu dengan pihak Pura Mangkunegaran.

Upacara ziarah tersebut dilakukan di Mangadeg,Girilayu, dan Giribangun yang semuanya terletak di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Selain di tiga tempat tersebut, upacara ziarah juga dilakukan di Astana Colomadu.Upacara ziarah tersebut dilakukan dalam jangka waktu minimal dua minggu sebelum Grebeg Giling dilakukan. Upacara ziarah yang dimaksud, selain mendoakan orang yang sudah meninggal juga memohon kepada roh orang yang sudah meninggal agar mereka yang berada di dunia diberi keselamatan dan dilindungi oleh Allah.

Tradisi Grebeg Giling biasa dilakukan pada Jumat Pon. Hal ini dikarenakan sejak awal berdirinya pabrik gula, Grebeg Giling selalu dilaksanakan pada Jumat Pon yang ada diantara bulan Maret, April, dan Mei atau April, Mei, dan Juni.

Hari pelaksanaan tradisi ini merupakan sebuah kebiasaan yang  sudah turun temurun sejak pabrik didirikan. Dari pelaksanaan diantara bulan-bulan itu, pada bulan Juni tebu harus sudah digiling sehingga pelaksanaan tradisi di bulan itu memiliki kemungkinan yang sangat kecil.

Dalam pelaksanaan tradisi Grebeg Giling ini, banyak perlengkapan atau ubo rampe (dalam Bahasa Jawa) yang harus dipersiapkan. Diantaranya adalah sesaji, kepala kerbau, tebu temanten atau sepasang tebu pilihan, dan kembar mayang yang digunakan untuk kelengkapan upacara serta hasil karya perusahaan.
Setiap perlengkapan yang digunakan memiliki makna tersendiri, yaitu :

  1.  Sesajen adalah suatu ritual persembahkan sajian dalam upacara keagamaan yang dilakukan secara simbolik dengan tujuan berkomunikasi dengan kekuatan-kekuatan gaib dengan cara mempersembahkan makanan dan benda- benda lain yang melambangkan maksud daripada berkomunikasi tersebut (Rizkiawan, 2017). Sesaji digunakan untuk persembahan kepada kekuatan alam yang ada di Pabrik Gula Tasikmadu dan menggambarkan keharusan disediakan makanan untuk kesehatan dan keselamatan. Sesaji ini diletakkan dalam 3 jenis joli yang berbeda dengan isian berupa nasi dan lauk, seperti lele dan ayam yang telah diolah.
  2. Kepala Kerbau yang menggambarkan karyawan bekerja keras dalam masa giling untuk prestasi kerja. Jumlah kepala kerbau dari tahun ke tahun selalu berbeda karena disesuaikan dengan jumlah mesin yang akan beroperasi pada masa penggilingan.
  3. Tebu temanten yang menggambarkan Pabrik Gula Tasikmadu sedang memiliki hajat.
    Kembar Mayang merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam upacara tradisional Jawa, biasanya digunakan pada upacara perkawinan maupun kematian apabila orang yang meninggal itu masih lajang atau belum pernah menikah (Widayanti, 2008). Kembar mayang menggambarkan kebesaran ritual tebu temanten.

Hasil karya perusahaan yang menggambarkan dan dimanfaatkan untuk membayar sandang pangan bagi karyawan. Tradisi ini diawali dengan arak tebu temanten yang merupakan sepasang tebu pilihan. Masingmasing tebu itu diberi nama layaknya sepasang temanten dan diambil dari tempat yang berbeda setiap tahunnya. penamaan tebu temanten, ditentukan oleh manajer pabrik dan sesepuh yang penamaannya dibahas dalam rapat.

Tebu temanten diarak dari rumah dinas kepala tanaman menuju besaran yang diikuti tebu-tebu pilihan dari beberapa wilayah petilasan KGPAA Mangkunegara IV. Setelah penyerahan tebu temanten dari panitia penyelenggara kepada administrator, tebu temanten digiring menuju stasiun penggilingan tebu.

Sesampainya di dalam stasiun, sesaji ditata dan ditempatkan ke masingmasing bagian penggilingan. Setelah itu, sesaji diserahkan kepada kekuatan alam yang ada di Pabrik Gula Tasikmadu. Begitu semua prosesi telah dilaksanakan, karyawan pabrik mulai menggelar selametan.

Dahulunya, selametan ditandai dengan makan bersama daging kerbau yang telah disembelih dan kepalanya dipakai untuk ritual. Namun, sekarang pihak pabrik lebih menggunakan prinsip praktis dalam makan bersama sehingga bukan lagi daging kerbau yang dimakan namun makanan yang lebih modern.

Meskipun lebih modern dalam acara makan bersama, unsur tradisional tetap tidak bisa dihilangkan dalam ritualnya. Pelaksanaan Grebeg Giling di Tasikmadu berbeda dengan pelaksanaan Grebeg Giling di tempat lainnya karena juga berhubungan dengan pendirinya, yaitu KGPAA Mangkunegara IV. Pabrik milik pihak Kasunanan memiliki ritual-ritual yang lebih kompleks dan lebih kental.Nilai-nilai luhur yang terkandung tersebut diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya .

Selain itu, juga diadakan pementasan atau sajian bermacam pertunjukan dari dan untuk Karyawan Pabrik Gula Tasikmadu. Sampai saat ini, di Pabrik Gula Tasikmadu pesta Grebeg Giling (Cembengan) tetap diselenggarakan untuk mengawal proses giling tebu. Bahkan satu minggu sebelum hari H atau puncak acara, sudah di gelar bermacam-macam atraksi atau hiburan yang bisa dinikmati baik bagi anak-anak maupun orang tua.

Upacara tradisi yang berjalan merupakan suatu bentuk budaya lokal yang merepresentasikan keyakinan dan pengetahuan masyarakat, yang mencerminkan kedekatan mereka dengan alam sekitamya.Tradisi Grebeg Giling merupakan tradisi di Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar yang bertujuan sebagai bentuk upaya memohon keselamatan selama proses penggilingan tebu.

Tradisi ini dilaksanakan sebelum proses penggilingan tebu dimulai. Dari tradisi Grebeg Giling yang tumbuh dan berkembang di Pabrik Gula Tasikmadu, terdapat kepercayaan dan nilai yang dipercayai oleh masyarakat setempat.
Aspek nilai budaya pada tradisi Grebeg Giling dapat dilihat dari prosesi tradisi yang berjalan dengan berbagai rangkaian mulai dari ziarah, pementasan seni budaya, pesta rakyat, dan Grebeg Giling itu sendiri. Dalam pelaksanaanya berbagai uborampe yang digunakan memiliki makna dan filosofi sendiri. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap uborampe dan prosesi yang berjalan menjadi hal yang mampu menambah pemahaman masyarakat akan nilai-nilai kehidupan.Nilai-nilai tersebut dapat menjadi pedoman hidup yang mampu membimbing kehidupan bermasyarakat sekaligus melestarikannya.(SK)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments