LESINDO.COM – Dalam hidup yang kian cepat bergerak, manusia sering terjebak dalam pusaran pencapaian, pengakuan, dan pembenaran yang serba instan. Namun di balik hiruk-pikuk itu, ada satu hal sederhana yang justru menentukan perjalanan batin seseorang: kejujuran.
Kejujuran bukan sekadar soal berkata benar. Ia adalah laku batin yang menyatukan kata, sikap, dan hati. Ketika seseorang memilih untuk bertindak jujur dan benar, ia sesungguhnya sedang merawat kedamaian dalam dirinya. Hati yang jujur tidak menuntut tepuk tangan, tidak bergantung pada pembenaran publik. Ia berdiri pada keyakinan yang sunyi, namun kokoh.
Banyak orang mungkin tak menyadari, bahwa ketenangan hati bukan datang dari keberhasilan, apalagi pujian, tetapi dari keyakinan bahwa tidak ada yang harus disembunyikan. Hidup menjadi lebih ringan ketika tidak ada tirai yang perlu ditarik agar orang lain percaya kita tulus.
Dalam sebuah percakapan dengan seorang sahabat lama, ia pernah berkata,
“Kalau kita berjalan di jalan yang benar, hati itu ndak pernah ribut. Yang ribut justru pikiran ketika kita mulai menipu diri sendiri.”
Kalimat sederhana itu menyentuh inti persoalan: ketika hati damai, hidup terasa lebih seimbang. Langkah demi langkah menjadi mantap, sebab tidak ada beban yang menggelayut.
Kejujuran melahirkan keteraturan batin. Dan dari sanalah lahir hidup yang lebih jernih—bukan tanpa badai, namun punya jangkar yang membuat seseorang tetap tegak berdiri, apa pun yang menerpa.
Di akhir hari, kejujuran barangkali tidak membuat jalan hidup lebih mudah. Tetapi ia selalu membuat jalan itu lebih terang, lebih manusiawi, dan lebih bermakna. Sebab perjalanan ini bukan tentang sampai paling cepat, tapi tentang sampai dengan hati yang tetap utuh. (Fai)

