LESINDO.COM – Menanamkan kedisiplinan kepada murid bukanlah pekerjaan sehari. Ia seperti menanam pohon — butuh waktu, perhatian, dan keteladanan agar tumbuh kuat dan berakar dalam. Di sekolah, guru memegang peran penting sebagai “penanam nilai” yang membimbing murid agar terbiasa hidup tertib dan bertanggung jawab.
Kedisiplinan menjadi fondasi karakter yang penting dalam kehidupan anak. Tanpa disiplin, murid mungkin cerdas dalam teori, tetapi kesulitan dalam mengatur waktu, menjaga komitmen, atau menghormati aturan sosial.
Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), salah satu dari Profil Pelajar Pancasila yang dicanangkan dalam Kurikulum Merdeka adalah “mandiri” — yang di dalamnya mencakup kemampuan mengatur diri dan disiplin terhadap tugas maupun tanggung jawab.
Disiplin Tak Lahir Seketika
“Anak-anak tidak akan menjadi disiplin hanya karena diperintah. Mereka meniru apa yang dilihat,” tutur Fatimah, S.Pd, guru kelas di SD Negeri 5 Makamhaji, saat ditemui seusai upacara pagi.
Ia menceritakan bagaimana ia membiasakan muridnya datang tepat waktu dan menjaga kebersihan kelas. “Saya juga datang lebih awal, supaya mereka tahu bahwa disiplin bukan hanya kata-kata, tapi tindakan.”
Kebiasaan sederhana seperti berbaris rapi, mengumpulkan tugas tepat waktu, atau berpakaian sesuai aturan ternyata berdampak besar. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (2023), disebutkan bahwa 68% siswa yang memiliki rutinitas disiplin di sekolah menunjukkan prestasi akademik dan perilaku sosial yang lebih baik dibanding siswa yang sering melanggar aturan.
Peran Sekolah dalam Menumbuhkan Disiplin
Sekolah menjadi laboratorium pembentukan karakter. Melalui berbagai program — mulai dari literasi pagi, piket kelas, hingga kegiatan ekstrakurikuler — nilai-nilai kedisiplinan terus diasah.
Kepala Sekolah MTsN 1 Surakarta, Dra. Hj. Nurul Qomariyah, M.Pd, menyebutkan bahwa disiplin bukan hanya soal hadir tepat waktu, tetapi juga soal tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan. “Kami mengajarkan bahwa setiap keterlambatan, setiap pekerjaan yang tidak diselesaikan, akan berdampak pada orang lain. Anak-anak harus belajar menghargai waktu dan kerja sama,” ujarnya.
Tantangan di Era Digital
Di tengah derasnya pengaruh gawai dan media sosial, menanamkan disiplin menjadi tantangan tersendiri. Anak-anak kini hidup di era instan, di mana segalanya bisa didapat cepat.
Survei Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan (Puslitjak, 2024) menunjukkan bahwa 52% guru mengaku kesulitan menegakkan disiplin belajar daring atau penggunaan ponsel di kelas. “Anak-anak mudah terdistraksi. Perlu pendekatan yang lebih kreatif agar mereka sadar pentingnya fokus,” ungkap Jihan Farah Fauzia,S.Pd guru bimbingan konseling SMP di Surakarta.
Menumbuhkan Disiplin dengan Hati

Namun, guru tak hanya dituntut tegas, tapi juga bijak dan empatik. Pendekatan berbasis kasih sayang terbukti lebih efektif daripada hukuman keras.
Sebagaimana hasil riset dari Lembaga Psikologi Universitas Indonesia (2022), 73% siswa menunjukkan peningkatan perilaku disiplin ketika guru menerapkan pendekatan positif dan memberi apresiasi atas usaha mereka.
“Disiplin itu hasil dari pembiasaan yang konsisten, bukan paksaan,” kata Fatimah lagi sambil tersenyum. “Kalau anak merasa dihargai, ia akan belajar menepati aturan dengan kesadaran, bukan ketakutan.”
Menanam untuk Masa Depan
Seperti menanam pohon, kedisiplinan butuh waktu untuk tumbuh. Ia tak akan tampak hasilnya dalam sehari, tapi perlahan akan berbuah menjadi karakter yang kokoh.
Sekolah, guru, dan orang tua perlu bekerja sama dalam menjaga proses ini — agar generasi muda tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, mampu mengatur diri, dan siap menghadapi tantangan kehidupan.
Karena sejatinya, disiplin adalah akar dari keberhasilan. Dan tugas guru bukan sekadar mengajar ilmu, melainkan menanam nilai — agar suatu saat, murid-muridnya tumbuh menjadi manusia yang berkarakter kuat. (Din)