spot_img
BerandaKomunitasMembangun Pelaut Berkarakter Melalui Disiplin dan Ketangguhan

Membangun Pelaut Berkarakter Melalui Disiplin dan Ketangguhan

Disiplin juga membentuk mentalitas “world class mariner”—pelaut kelas dunia. Taruna yang terbiasa hidup teratur akan lebih cepat beradaptasi di kapal internasional yang memiliki budaya kerja keras dan standar tinggi.

LESINDO.COM – Pagi belum sepenuhnya terang ketika peluit panjang memecah udara Kartasura. Di halaman SMK Pelayaran Pancasila, barisan taruna berdiri tegak—seragam rapi, pandangan lurus ke depan. Tidak ada ruang untuk terlambat, apalagi lengah. Di tempat inilah disiplin tidak diajarkan lewat kata-kata, melainkan ditanamkan melalui kebiasaan sehari-hari, berulang, dan tegas.

Bagi taruna-taruni SMK Pelayaran Pancasila Kartasura, disiplin bukan sekadar aturan sekolah. Ia adalah napas. Ia adalah fondasi. Sebab dunia yang menanti mereka kelak bukan ruang kelas ber-AC, melainkan geladak kapal di tengah samudera, tempat satu kesalahan kecil bisa berujung petaka.

Sekolah sebagai Kawah Candradimuka

Sementara itu, olahraga menjadi laku harian yang menempa raga. Keringat yang mengalir bukan sekadar tanda lelah, melainkan bukti kesungguhan menjaga kebugaran dan kekuatan fisik. (mc)

Di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah, Benih Toto Laksono, S.Pd, SMK Pelayaran Pancasila Kartasura menegaskan diri bukan hanya sebagai lembaga pendidikan vokasi, tetapi sebagai kawah candradimuka pembentukan karakter. Akademik penting, tetapi karakter adalah penentu.

“Ilmu bisa dipelajari kapan saja, tapi disiplin harus dibiasakan sejak dini,” ujar Benih Toto Laksono dalam berbagai kesempatan pembinaan taruna.

Garis kebijakan itu diperkuat oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, Dr. Hermawan Ariyanto, S.ST., M.Pd., M.A.P., M.Mar.E. Dengan latar belakang sebagai Master Marine Engineer, ia paham betul denyut industri maritim global. Di kapal asing, kata Hermawan, tidak ada toleransi bagi kru yang abai pada waktu, prosedur, dan tanggung jawab.

“Industri maritim internasional tidak mencari yang paling pintar, tetapi yang paling bisa diandalkan,” ujarnya. Disiplin dan loyalitas, menurutnya, adalah mata uang utama pelaut Indonesia di mata dunia.

Harga Mati Bernama Disiplin

Dunia pelayaran adalah dunia berisiko tinggi. Mesin raksasa, cuaca ekstrem, dan rutinitas panjang menuntut ketelitian tanpa kompromi. Di sinilah disiplin menjadi standar keselamatan kerja.

Taruna SMK Pelayaran Pancasila dibiasakan patuh pada prosedur operasi standar (SOP) sejak bangku sekolah. Mulai dari ketepatan waktu, kerapian atribut, hingga kepatuhan terhadap instruksi. Kebiasaan itu bukan untuk menakut-nakuti, melainkan menyelamatkan.

Disiplin juga membentuk mentalitas “world class mariner”—pelaut kelas dunia. Taruna yang terbiasa hidup teratur akan lebih cepat beradaptasi di kapal internasional yang memiliki budaya kerja keras dan standar tinggi.

Lebih dari itu, disiplin melatih ketangguhan fisik dan mental. Pendidikan semi-militer yang diterapkan membentuk taruna agar tidak mudah mengeluh, tidak manja, dan siap hidup jauh dari keluarga berbulan-bulan lamanya. Laut, seperti kehidupan, tidak selalu ramah.

Bekal di Tengah Badai

Dari sepiring nasi hangat dan lauk sederhana, tumbuh kebiasaan patuh dan tertib—bekal kecil yang kelak menguatkan mereka menghadapi gelombang besar kehidupan di laut lepas.(mc)

Dalam satu amanatnya, Kepala Sekolah Benih Toto Laksono pernah mengingatkan para taruna dengan nada sederhana, namun mengakar:

“Disiplin yang kalian jalankan hari ini—bangun pagi tepat waktu, baris-berbaris, kerapian seragam—itulah bekal paling berharga saat kalian berdiri di atas geladak kapal nanti. Tanpa disiplin, ilmu setinggi langit pun tak akan mampu menjaga kalian di tengah badai.”

Kalimat itu kerap diulang, menjadi pitutur yang ditanamkan pelan-pelan. Seperti falsafah Jawa: alon-alon waton kelakon, pembentukan karakter tidak instan, tetapi harus konsisten.

Menuju Samudera Dunia

SMK Pelayaran Pancasila Kartasura mungkin berdiri jauh dari pantai. Namun dari halaman sekolah inilah cita-cita besar disemai—mengirim putra-putri bangsa menembus samudera dunia dengan kepala tegak dan karakter kuat.

Di balik barisan rapi setiap pagi, tersimpan harapan bahwa suatu hari nanti, taruna-taruni ini akan dikenal bukan hanya sebagai pelaut Indonesia, tetapi sebagai perwira laut yang menjunjung disiplin, kehormatan, dan profesionalisme.

Dan ketika kapal mereka berlayar meninggalkan pelabuhan, disiplin yang ditanamkan di Kartasura itulah yang akan menjadi jangkar—menjaga mereka tetap tegak, bahkan di tengah badai paling ganas. (Her)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments