spot_img
BerandaBudayaMembaca Takdir dari Weton: Jejak Spiritualitas Orang Jawa yang Tak Lekang Zaman

Membaca Takdir dari Weton: Jejak Spiritualitas Orang Jawa yang Tak Lekang Zaman

Dalam pandangan spiritual Jawa, manusia hidup di tengah jagat yang penuh keteraturan. Alam, waktu, dan takdir saling berkaitan. Dengan memahami weton, seseorang belajar menjaga harmoni antara lahir dan batin, usaha dan doa, bumi dan langit.

LESINDO.COM – Di tengah hiruk-pikuk zaman digital, masih banyak orang Jawa yang percaya bahwa hari lahir bukan sekadar tanggal di kalender, melainkan juga jejak spiritual yang menuntun jalan hidup. Tradisi itu dikenal dengan sebutan weton, perpaduan antara hari dan pasaran dalam penanggalan Jawa — warisan leluhur yang memadukan ilmu langit dan bumi.

Warisan Leluhur yang Tetap Hidup

Bagi sebagian orang muda, weton mungkin terdengar mistis. Namun bagi para sesepuh Jawa, weton adalah “peta batin” yang membantu manusia mengenali dirinya sendiri.
“Orang Jawa itu hidupnya nrima, tapi juga waskita. Dengan weton, mereka berusaha memahami watak dan arah hidup agar selaras dengan kehendak Gusti,” tutur Ki Sumarno, seorang sesepuh di daerah Bantul, Yogyakarta.

Dalam hitungan tradisional, setiap hari — Senin hingga Minggu — dan setiap pasaran — Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon — memiliki nilai angka spiritual yang disebut neptu. Nilai-nilai itu kemudian dijumlahkan untuk menafsirkan karakter, rezeki, hingga kecocokan jodoh seseorang. “Bukan ramalan, tapi pedoman,” tambah Ki Sumarno sambil tersenyum. “Weton mengajarkan agar manusia eling lan waspada — sadar akan dirinya dan lingkungannya.”

Filosofi di Balik Angka dan Hari

Hubungan antara Semar dan weton dalam tradisi spiritual Jawa sebenarnya tidak langsung bersifat “numerik” atau “perhitungan”, tetapi simbolik dan filosofis. Keduanya sama-sama berkaitan dengan kesadaran batin, harmoni hidup, dan laku spiritual orang Jawa. (Rai)

Weton bukan hanya hitungan matematis, melainkan juga bahasa simbolik yang sarat makna.
Misalnya, seseorang yang lahir pada Jumat Kliwon diyakini memiliki aura kepemimpinan dan kepekaan spiritual tinggi, namun perlu menjaga keseimbangan emosi agar tidak mudah tersulut amarah.
Sementara yang lahir Rabu Pahing, sering disebut memiliki kecerdasan analitis dan daya pikir tajam, tapi kadang cenderung keras kepala.

“Setiap weton itu ibarat benih pohon yang berbeda jenisnya. Kalau dirawat sesuai sifatnya, akan tumbuh subur. Tapi kalau salah perlakuan, bisa layu,” ujar Ratri Puspita, peneliti budaya Jawa dari Universitas Negeri Surakarta.

Antara Takdir dan Laku Batin

Orang Jawa percaya, mengetahui weton bukan untuk melawan takdir, tetapi untuk menyadari batas dan potensi diri. Dari situlah lahir berbagai ritual seperti selametan weton atau ruwatan, sebagai bentuk introspeksi dan syukur kepada Sang Pencipta. “Setiap kali ulang tahun menurut weton, saya biasa puasa dan doa kecil di rumah,” kata Rama Prakoso, pemuda asal Klaten. “Itu cara saya mengingat bahwa hidup ini titipan, dan harus dijalani dengan hati bersih.”

Dalam pandangan spiritual Jawa, manusia hidup di tengah jagat yang penuh keteraturan. Alam, waktu, dan takdir saling berkaitan. Dengan memahami weton, seseorang belajar menjaga harmoni antara lahir dan batin, usaha dan doa, bumi dan langit.

Menjaga Akar di Tengah Zaman Modern

Kini, perhitungan weton kembali digemari, bukan hanya oleh para orang tua, tetapi juga kalangan muda yang mencari akar spiritual di tengah kehidupan modern. Aplikasi digital bahkan sudah banyak yang menyediakan fitur hitung weton secara otomatis — bukti bahwa nilai tradisi tetap relevan di era teknologi. “Anak muda sekarang haus makna,” kata Ratri Puspita. “Mereka ingin tahu siapa dirinya, dan weton memberi ruang refleksi itu.”

Menyelami Diri, Menyentuh Ilahi

Pada akhirnya, weton bukan sekadar tradisi atau hitungan angka. Ia adalah cermin perjalanan spiritual orang Jawa — cara halus untuk memahami diri dan takdir, agar manusia tidak kehilangan arah di tengah pusaran zaman. Sebagaimana pepatah leluhur berkata: “Weton iku dudu ramalan, nanging pangeling-eling. Supaya urip ora lali marang asal lan tujuan.” (Weton bukan ramalan, melainkan pengingat agar hidup tak lupa asal dan tujuan.) (Cha)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments