spot_img
BerandaBudayaMakna Sejati Kemerdekaan: Dari Batas Diri Menuju Tanggung Jawab Sosial

Makna Sejati Kemerdekaan: Dari Batas Diri Menuju Tanggung Jawab Sosial

Bagi orang Jawa, kebebasan bukanlah ruang kosong tanpa batas, melainkan taman yang harus dirawat agar tidak ditumbuhi semak. Dalam taman itu, setiap tindakan manusia adalah benih; jika ditanam dengan kesadaran dan kasih, ia tumbuh menjadi keteduhan bagi sesama. Namun bila disemai dengan keserakahan, ia menjelma duri yang melukai harmoni kehidupan.

LESINDO.COM – Di tengah hiruk pikuk zaman yang serba cepat, kata merdeka kerap terdengar nyaring namun kehilangan gema batinnya. Kita hidup di era ketika kebebasan begitu mudah diteriakkan di ruang maya, tetapi sering kali melupakan maknanya yang paling dasar: kebebasan untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab.

Filsuf Prancis, Jean-Paul Sartre, pernah menulis, “Freedom is what you do with what’s been done to you.” Kebebasan, katanya, bukan soal bebas dari sesuatu, tetapi bagaimana kita bertindak atas apa yang kita miliki. Pandangan itu bergaung dengan kebijaksanaan Jawa: memayu hayuning bawana—upaya untuk menjaga keseimbangan hidup dan memperindah dunia melalui sikap dan perbuatan.

Bagi orang Jawa, kebebasan bukanlah ruang kosong tanpa batas, melainkan taman yang harus dirawat agar tidak ditumbuhi semak. Dalam taman itu, setiap tindakan manusia adalah benih; jika ditanam dengan kesadaran dan kasih, ia tumbuh menjadi keteduhan bagi sesama. Namun bila disemai dengan keserakahan, ia menjelma duri yang melukai harmoni kehidupan.

Kita bisa melihat betapa mudahnya kebebasan disalahartikan di masa kini. Media sosial menjadi panggung tempat setiap orang merasa berhak berkata apa saja, tanpa peduli bahwa setiap kata bisa menebar luka. Kebebasan berekspresi yang semestinya menjadi sarana dialog, sering berubah menjadi medan pertikaian. Di sinilah tanggung jawab moral dan sosial diuji: apakah kita sekadar bebas, atau sudah benar-benar merdeka?

Dalam falsafah Jawa, manusia yang merdeka adalah mereka yang eling lan waspada—sadar diri, waspada pada akibat. Kemerdekaan tanpa kesadaran hanya melahirkan kebisingan, sementara kemerdekaan dengan kebijaksanaan akan menumbuhkan tata tentrem kerta raharja, tatanan hidup yang tenteram dan sejahtera.

Sebagaimana dikatakan Bung Karno, “Kemerdekaan hanyalah jembatan emas.” Ia bukan tujuan akhir, melainkan jalan menuju kehidupan yang lebih manusiawi dan berkeadilan. Maka, tugas kita bukan hanya menjaga kemerdekaan dari ancaman luar, tetapi juga dari keserakahan, ketidakpedulian, dan egoisme yang menggerogoti dari dalam.

Pada akhirnya, kemerdekaan sejati bukan tentang kebebasan tanpa batas, melainkan tentang keberanian menimbang batas. Ia adalah perjalanan batin untuk mengenali diri, menata laku, dan berbuat bagi sesama. Sebab, menjadi manusia merdeka berarti tetap ngajeni—menghormati hidup dalam segala wujudnya: manusia, alam, dan semesta. (Ut)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments