LESINDO.COM — Suasana penuh semangat, hangat, dan bersahabat menyelimuti Graha PGRI Sukoharjo pada Senin, 17 November 2025. Di tempat inilah puluhan guru dari berbagai penjuru kecamatan berkumpul, bukan untuk berbicara kurikulum, bukan pula soal administrasi, melainkan untuk merayakan seni melalui Lomba Solo Vocal PGRI Kabupaten Sukoharjo.
Ajang ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN) 2025. Dengan mengusung tema “Guru Bermutu, Indonesia Maju Bersama PGRI Wujudkan Indonesia Emas,” acara ini menegaskan bahwa guru bukan hanya pendidik di ruang kelas, tetapi juga sosok yang kaya talenta, kreatif, dan penuh inspirasi.
Sebanyak 14 cabang PGRI dari seluruh kecamatan se-Kabupaten Sukoharjo ambil bagian dalam lomba, yang dibagi dalam kategori putra dan putri. Para peserta tampil membawakan lagu wajib yang telah ditentukan panitia. Untuk kategori putra, “Rumah Kita” dipilih sebagai lagu persembahan—sebuah karya penuh makna tentang persatuan dan kebangsaan. Sementara bagi peserta putri, “Burung Camar” menjadi pilihan lagu yang menggambarkan kebebasan dan semangat untuk terus berkarya.
Kompetisi berlangsung ketat. Setiap peserta tampil dengan kemampuan olah vokal terbaik, penghayatan penuh, dan kepercayaan diri yang memikat. Sorak penonton, tepuk tangan meriah, hingga senyum bangga sesama guru menjadi bagian dari atmosfer yang tak terlupakan.

Dewan juri akhirnya menetapkan pemenang. Pada kategori putra:
- Juara I: Cabang Khusus (Cabsus) – Dinas Pendidikan Sukoharjo
- Juara II: Cabang Baki
- Juara III: Cabang Sukoharjo
Sementara pada kategori putri:
- Juara I: Cabang Khusus (Cabsus) – Tingkat Kopassus
- Juara II: Cabang Grogol
- Juara III: Cabang Kartasura
Margono Santosa, S.Pd., Ketua PGRI Cabang Kartasura sekaligus salah satu official, mengungkapkan rasa syukur atas capaian timnya, meski harus puas di posisi ketiga. “Perlombaan sangat ketat, semua peserta tampil luar biasa. Kartasura sudah tampil all out, dan hasil yang kami raih tetap kami syukuri,” ujarnya.
Lebih dari sekadar lomba, kegiatan ini menjadi ruang silaturahmi, ekspresi diri, sekaligus pengingat bahwa di balik tugas mendidik, guru tetaplah manusia yang mencintai seni, budaya, dan harmoni. Di panggung inilah mereka membuktikan: suara guru bukan hanya di kelas, tetapi juga bisa menggema dalam nada, irama, dan rasa. (mac)

