spot_img
BerandaBudayaLingsar Park: Harmoni yang Tumbuh dari Dua Keyakinan

Lingsar Park: Harmoni yang Tumbuh dari Dua Keyakinan

Dibangun pada abad ke-18 oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem, Lingsar menjadi simbol hidup tentang toleransi di Lombok. Dalam satu kompleks suci, umat Hindu beribadah di Pura Lingsar, sementara umat Islam Wetu Telu berdoa di Kemaliq Lingsar.

LESINDO.COM – Udara pagi di Lingsar, Lombok Barat, terasa sejuk dan lembap. Di antara pepohonan tua yang menjulang, suara gemericik air kolam menyapa lembut, memantulkan bayangan pura dan bangunan kemaliq yang berdiri berdampingan. Di sinilah, di Taman Lingsar, dua keyakinan besar — Hindu dan Islam Wetu Telu — bertemu dalam ruang yang sama, bukan untuk bersaing, tetapi untuk saling menghormati dan menjaga keseimbangan alam.

Dibangun pada abad ke-18 oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem, Lingsar menjadi simbol hidup tentang toleransi di Lombok. Dalam satu kompleks suci, umat Hindu beribadah di Pura Lingsar, sementara umat Islam Wetu Telu berdoa di Kemaliq Lingsar. Tak ada batas tembok tinggi, tak ada sekat pemisah — yang ada hanyalah kesadaran bahwa perbedaan bisa berjalan beriringan jika hati tetap terbuka.


Area kompleks Pura Lingsar, tempat suci yang menjadi simbol kerukunan umat Hindu dan Islam Wetu Telu di Lombok. (mac)

Setiap tahun, ribuan orang datang untuk menyaksikan Perang Topat, ritual unik yang melambangkan rasa syukur atas panen dan doa bagi kesuburan tanah. Ketupat-ketupat dilemparkan satu sama lain dengan tawa dan sorak gembira. Tak ada amarah, tak ada dendam, hanya sukacita yang merekatkan manusia pada tanah yang sama — tanah Lombok yang penuh berkah.

Di sudut taman, kolam tua dengan ikan-ikan besar berenang tenang. Masyarakat percaya, ikan-ikan itu keramat, tak boleh diambil atau diganggu. Mereka seolah menjadi penjaga keheningan dan keseimbangan tempat ini.

Lingsar bukan sekadar destinasi wisata, tapi cermin kehidupan — bahwa keharmonisan tidak dibangun oleh keseragaman, melainkan oleh penerimaan terhadap perbedaan. Di antara aroma dupa dan doa yang terlantun, Lingsar mengajarkan bahwa kedamaian bisa tumbuh, selama hati manusia masih mau menyiraminya dengan cinta dan penghormatan. (Ni)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments