spot_img
BerandaHumanioraKisah Ojol: Di Antara Deru Mesin dan Ketidakpastian Rezeki

Kisah Ojol: Di Antara Deru Mesin dan Ketidakpastian Rezeki

Jalanan menjadi panggung tempat mereka berjuang. Dari mengantar anak sekolah, menjemput pekerja kantoran, hingga mengirimkan paket belanjaan, semua dilakukan dengan kecepatan dan ketepatan. Siang hari ketika matahari sedang tinggi, pesanan makanan menggantikan order penumpang. Mereka terus melaju, menembus panas aspal yang memantulkan bayangan tubuh-tubuh lelah tapi pantang menyerah.

LESINDO.COM — Waktu terus berputar, tak pernah berhenti barang sedetik. Dan di antara derasnya arus kehidupan kota, selalu ada mereka yang berseragam hijau, biru, atau kuning—para pengemudi ojek daring yang menjemput rezeki dari satu titik ke titik lain. Dari subuh yang masih berselimut kabut hingga malam yang perlahan menutup hari, mereka berpacu dengan waktu, menantang nasib di atas roda dua yang menjadi saksi setia perjuangan.

Pagi itu udara masih lembut menyapa. Angin berhembus pelan, membawa aroma tanah basah sisa hujan semalam. Di tepi jalan yang teduh, seorang tukang ojek online tampak beristirahat sejenak di samping motornya. Jaket hijaunya sudah sedikit kusam, namun di balik warnanya tersimpan kisah panjang tentang kerja keras dan keteguhan hati. Ia bersandar pelan, seolah tengah berbincang dalam diam dengan “kendaraan tempurnya” — motor yang menemaninya menembus panas dan hujan, siang dan malam, tanpa banyak keluh.

Di spionnya tergantung helm merah yang menjadi saksi diam perjuangan tanpa banyak kata. Dalam keheningan pagi itu, ia memejamkan mata sebentar. Mungkin hanya untuk sekadar menarik napas, atau mungkin juga untuk menenangkan batin dari ketidakpastian yang setiap hari menunggu di ujung perjalanan. Karena bagi mereka, para pengemudi ojek daring, rezeki adalah misteri yang harus dijemput dengan keringat dan kesabaran.

“Sudah ada yang ngatur, tapi tetap harus dicari,” begitu ujar mereka dengan keyakinan sederhana namun dalam makna. Di era digital seperti sekarang, dunia transportasi berubah cepat. Semua serba daring, serba aplikasi, serba hitung-menit. Persaingan semakin ketat, dan setiap notifikasi di layar ponsel bisa berarti satu langkah lebih dekat dengan keberuntungan—atau sebaliknya, tanda sepinya pesanan di hari itu.

Jalanan menjadi panggung tempat mereka berjuang. Dari mengantar anak sekolah, menjemput pekerja kantoran, hingga mengirimkan paket belanjaan, semua dilakukan dengan kecepatan dan ketepatan. Siang hari ketika matahari sedang tinggi, pesanan makanan menggantikan order penumpang. Mereka terus melaju, menembus panas aspal yang memantulkan bayangan tubuh-tubuh lelah tapi pantang menyerah.

Menunggu adalah sesuatu yang membosankan sambil ngobrol dengan rekan ojol, sambil menunggu panggilan orderan sesuatu yang sangat di tunggu-tunggu. (rai)

Namun, di sela hiruk pikuk itu, ada sisi senyap yang jarang dilihat orang. Di jam-jam sepi, mereka sering terlihat berhenti di pinggir jalan—bersandar di motornya, menatap layar ponsel yang tak kunjung berbunyi. Beberapa memilih rebahan sejenak di bawah rindangnya pohon, menjadikan motor bukan hanya alat kerja, tetapi juga tempat beristirahat, bahkan sahabat dalam kesunyian.

“Kalau capek, ya di sini saja tiduran sebentar,” ujar Suyatno, pengemudi yang sudah tiga tahun menekuni profesi ini. “Kadang sepi orderan, tapi rezeki nggak ke mana. Harus sabar.”

Namun, tak semua mampu bertahan dalam kerasnya persaingan jalanan. Ada yang akhirnya memilih berhenti, menempuh jalur hidup yang lebih pasti.
“Senang sih, banyak teman, banyak kenalan,” kata Arif, mantan pengemudi ojek online yang kini bekerja di gudang logistik. “Tapi kalau hasilnya nggak pasti, berat juga. Sekarang saya kerja yang tiap bulan gajinya jelas. Nggak perlu ngejar setoran.”

Jalanan bagi sebagian orang hanyalah lintasan, tempat kendaraan berlalu-lalang tanpa makna. Namun bagi mereka, para pengemudi ojek daring, jalanan adalah ruang hidup — tempat bertaruh dengan waktu, cuaca, dan nasib. Di antara deru mesin dan panas aspal, tersimpan kisah manusia yang terus berjuang menjemput rezeki.

Mereka tak tahu kapan keberuntungan akan datang. Tapi satu hal pasti: setiap kali roda itu kembali berputar, mereka pun kembali berharap — semoga hari ini, notifikasi pesanan berdenting sedikit lebih sering dari kemarin. (Cha)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments