spot_img
BerandaBudayaKisah Nasi Liwet Solo Dari Dapur Keraton ke Warung Pinggir Jalan

Kisah Nasi Liwet Solo Dari Dapur Keraton ke Warung Pinggir Jalan

Nasi liwet diyakini lahir dari tradisi masyarakat pedesaan Jawa yang gemar memasak nasi dengan santan agar lebih gurih dan tahan lama. Di Solo, tradisi ini berkembang menjadi hidangan khas yang sering tersaji dalam acara hajatan maupun jamuan khusus keraton

Kuliner Tradisional yang Selalu Dirindukan Solo, Nasi Liwet Cinta yang Tak Pernah Pudar

LESINDO.COM-Jika berbicara tentang kuliner khas Kota Solo, nama Nasi Liwet hampir pasti berada di daftar teratas. Hidangan sederhana berupa nasi gurih yang disajikan dengan sayur labu siam, areh (santan kental), suwiran ayam, telur rebus, dan sambal goreng ini telah menjadi ikon kuliner Solo sejak ratusan tahun lalu. Nasi liwet diyakini lahir dari tradisi masyarakat pedesaan Jawa yang gemar memasak nasi dengan santan agar lebih gurih dan tahan lama. Di Solo, tradisi ini berkembang menjadi hidangan khas yang sering tersaji dalam acara hajatan maupun jamuan khusus keraton. Tidak heran, nasi liwet kemudian menjadi simbol kebersamaan dan kehangatan keluarga.

Menurut Hariyanto (45)  generasi ke dua Nasi Liwet Yu Sani yang berjualan di Gemblegan Tengah kota Solo. Nasi liwet berbeda dengan nasi putih biasa, nasi liwet dimasak bersama santan dan daun salam, sehingga aromanya harum dengan rasa gurih alami. Kuah sayur labu siam memberi kesegaran, sementara areh yang kental menambah lapisan rasa legit nan gurih. Tambahan suwiran ayam kampung, telur rebus, dan sambal goreng ati menjadikan hidangan ini semakin komplet. “Nasi liwet Solo biasanya disajikan dengan alas daun pisang, menambah aroma khas sekaligus kesan tradisional”, Jelas Sari Nawang Wulan istri mas Hariyanto.

Cara makan bersama-sama, duduk lesehan dengan sajian nasi liwet di tengah, menjadi bagian dari filosofi Jawa tentang guyub rukun atau kebersamaan. Simbol budaya kuliner Solo, nasi liwet bukan hanya soal rasa, tapi juga tentang cerita dan tradisi. Ia adalah sajian yang mempertemukan keluarga, menjadi bagian dari doa syukur dalam hajatan, sekaligus identitas kuliner yang membuat Solo selalu dirindukan.

Menikmati Nasi Liwet Solo

Di barisan depan, tampak sekelompok orang, sebagian mengenakan kaos bertuliskan “BANGSAL ISOLASI”, berpose akrab bersama para karyawan rumah makan yang memakai celemek. Salah satu yang terlihat di tengah adalah artis Wulan Guritno, yang tampak ramah berpose bersama rombongan. (mac)

Datang di malam hari memasuki wilayah Solo sampai Kartasura akan di jumpai para penjual nasi liwet dengan citra yang hampir sama, hanya terkadang setiap orang memiliki lidah kemantaban tersendiri. Banyak penjual nasi liwet legendaris di Solo buka menjelang malam, terutama di kawasan Keprabon. Suasananya lebih khas karena ditemani keramaian kota dan suasana lesehan. Pesan nasi liwet dengan tambahan telur pindang, ati ampela, dan suwiran ayam agar lebih otentik. Jika memungkinkan, makan dengan alas daun pisang dan tangan, supaya cita rasa lebih terasa alami. Warung populer seperti Yu Sani, Bu Wongso Lemu biasanya dipadati pengunjung, jadi sabar menunggu adalah bagian dari pengalaman. Setiap para penjual sudah memiliki para pelanggan tersendiri. “Para artis sudah pernah mampir ada yang sendiri kadang juga bersama rombongan crew pas ada acara di Solo, seperti  mas Hanung Bramantyo sutradara muda, mbak Wulan Guritno pemeran model presenter produser, penyanyi mbak Vina Panduwinata sing burung camar”, papar Hariyanto yang masih mengingat betul orang-orang terkenal yang pernah singgah diwarungnya. (mac)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments