spot_img
BerandaBudayaKebonsari: Dari Penghijauan RT Menjadi Urban Farming Berkelas Nasional

Kebonsari: Dari Penghijauan RT Menjadi Urban Farming Berkelas Nasional

Kerja keras itu akhirnya berbuah manis. Dalam sebuah acara resmi, Slamet Riyadi menerima sertifikat Inovator Smart Farming Wilayah Kebonsari, diserahkan langsung oleh Pj. Wali Kota Malang beserta istri. Namun bagi Slamet, penghargaan bukan akhir, melainkan penyemangat baru untuk terus berinovasi.

LESINDO.COM – Berawal dari sesuatu yang sederhana, tumbuh menjadi luar biasa. Kalimat itu bukan sekadar slogan, tetapi benar-benar hidup di Kampung Kebonsari, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Di tangan Slamet Riyadi, ketua RT 01 RW 02 yang visioner, wilayah kecil dengan gang-gang sempit ini menjelma menjadi Kampung Lestari Urban Farming — kawasan hijau yang kini dikenal hingga tingkat nasional.

Awal yang Sederhana

Segalanya bermula dari niat kecil: menghijaukan kampung.
“Awalnya hanya ingin membuat lingkungan terlihat indah dan asri,” kenang Slamet Riyadi (54). Dengan kas RT yang terbatas, ia mengajak warga menanam tanaman hijau di sekitar rumah. Ia menyiapkan polybag, media tanam, dan bibit sayuran. Respons warga luar biasa; halaman demi halaman mulai menumbuhkan kehidupan baru.

Dari semangat sederhana itu, lahirlah kebersamaan. Ketika mengikuti lomba lingkungan tingkat kota, Kampung Kebonsari tak menyangka bisa meraih nominasi. Uang pembinaan yang diterima tidak digunakan untuk konsumsi atau dibagi rata, melainkan diputar kembali untuk kegiatan berikutnya.
“Setiap apresiasi kami jadikan bahan bakar untuk melangkah lebih jauh,” ujar Slamet, lulusan Statistik Universitas Gajayana Malang.

Dari Swadaya ke Kepercayaan

Bapak Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Bapak Dr. Budi Santoso, M.Si. dan PJ Walikota Kota Malang, Bapak Iwan Kurniawan atas kunjungannya. Kunjungan dari Bapak semakin menambah semangat untuk terus berinovasi dan mendukung gerakan pangan murah bagi masyarakat. (mac)

Semangat gotong royong dan transparansi itu menumbuhkan kepercayaan. Sekitar tahun 2015–2017, konsep urban farming mulai diterapkan secara serius dengan prinsip ketahanan pangan dari rumah sendiri. Perlahan, kampung kecil ini mulai dilirik banyak pihak. Berbagai media lokal dan nasional datang meliput.

Dukungan pun berdatangan. Melalui program CSR, Bank BRI membantu pembangunan paving jalan, rumah kaca (greenhouse), hingga perlengkapan pertanian modern. Kampung Kebonsari kian rapi, hijau, dan produktif.
“Kalau hanya mengandalkan dana swadaya, mungkin sulit berkembang. Tapi dengan gotong royong dan dukungan CSR, semua jadi mungkin,” ujar Slamet dengan mata berbinar.

Menuai Pengakuan

Kerja keras itu akhirnya berbuah manis. Dalam sebuah acara resmi, Slamet Riyadi menerima sertifikat Inovator Smart Farming Wilayah Kebonsari, diserahkan langsung oleh Pj. Wali Kota Malang beserta istri.
Namun bagi Slamet, penghargaan bukan akhir, melainkan penyemangat baru untuk terus berinovasi.

Ibu Pj. Wali Kota Malang, Hanik, bahkan menyebut Kebonsari sebagai kampung yang “siap go nasional.” Ia menilai kawasan ini sangat potensial menjadi wisata edukasi bagi pelajar dan lokasi studi tiru bagi daerah lain.

Bertahan dan Berinovasi

Ibu Dra. Hj. Hanik Andriani Wahyu Hidayat PJ TP PKK Kota Malang saat mengunjungi Kampung Lestari. Beliau sangat terpukau dan banyak memuji Kampung Lestari. (mac)

Tantangan bukan tidak ada. Ketika greenhouse sempat rusak diterjang angin puting beliung, semangat warga tidak padam. Bantuan mengalir dari berbagai pihak — termasuk dari Wakil Kepresidenan RI. Dalam waktu dekat, Ketua TP PKK Jawa Timur, Arumi Bachsin Emil Dardak, dijadwalkan berkunjung untuk melihat langsung inovasi kampung ini.

Kini, anak-anak TK hingga siswa SD rutin datang belajar di Kebonsari. Mereka belajar menanam, merawat, dan mencintai alam. Kampung ini bukan sekadar ruang hijau — tetapi ruang belajar, ruang tumbuh, dan ruang harapan.
“Dari jalan sempit, kami belajar meluaskan pandangan,” tutur Slamet pelan.

Smart Farming dan Energi Terbarukan

Kampung Lestari kini juga menjadi laboratorium kecil bagi generasi muda. Milenial dan Gen Z turut terlibat dalam pengembangan teknologi Smart Farming berbasis Internet of Things (IoT) — dari penyiraman otomatis melalui aplikasi ponsel hingga pemantauan kelembapan tanah dan kondisi tanaman jarak jauh.

Selain itu, warga juga mengembangkan pemanfaatan energi terbarukan berbasis panel surya untuk penerangan dan sistem pertanian. Di tengah kepadatan permukiman, mereka bahkan mampu mengelola ternak ayam tanpa bau, berkat rancangan kandang tertutup yang ramah lingkungan.
Tak berhenti di situ, Kebonsari juga memfasilitasi warga yang ingin membudidayakan ikan lele dengan budikdamber (budidaya ikan dalam ember) — skala rumah tangga yang mudah dilakukan siapa pun.

Menanam Harapan

Kini, nama Kampung Kebonsari telah menembus batas kota, bahkan menjadi contoh nasional. Dari sekadar penghijauan RT, kampung ini menjelma menjadi ikon urban farming berbasis teknologi dan gotong royong.

Dari jalan sempit di pinggiran Malang, lahir kisah besar tentang ketulusan dan kerja bersama.
Kampung Kebonsari — kampung kecil yang menanam harapan besar — benar-benar telah menjadi kampung lestari yang hidup dan menghidupkan. (mac)

 

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments