spot_img
BerandaBudayaKawan Candi Dieng: Menjaga Warisan di Atas Negeri Kahyangan

Kawan Candi Dieng: Menjaga Warisan di Atas Negeri Kahyangan

“Dieng itu bukan hanya wisata alam, tapi juga sejarah panjang peradaban Hindu di Jawa,” tutur Rangga Prasetyo, koordinator Kawan Candi, saat ditemui di kawasan Candi Arjuna. “Kami ingin generasi muda tidak hanya datang untuk swafoto, tapi juga paham maknanya.”

LESINDO.COM – Kabut tipis menggantung di atas dataran tinggi Dieng, menyelimuti hamparan ladang kentang dan kompleks candi-candi kuno peninggalan abad ke-8. Di antara dinginnya udara pagi, sekelompok anak muda mengenakan jaket tebal dan sepatu boot tampak membersihkan lumut di dinding batu tua. Mereka adalah Kawan Candi, komunitas yang lahir dari kepedulian warga terhadap warisan budaya dan lingkungan Dieng.

“Dieng itu bukan hanya wisata alam, tapi juga sejarah panjang peradaban Hindu di Jawa,” tutur Rangga Prasetyo, koordinator Kawan Candi, saat ditemui di kawasan Candi Arjuna. “Kami ingin generasi muda tidak hanya datang untuk swafoto, tapi juga paham maknanya.”

Komunitas ini berdiri sejak 2015, berawal dari kegelisahan melihat perilaku wisatawan yang sering kurang peduli: memanjat candi untuk berfoto, membuang sampah sembarangan, hingga merusak batu berlumut. Dari situ, Kawan Candi mulai bergerak — bukan dengan marah, tetapi dengan memberi contoh.

Bangunan candi berdiri kokoh di tengah area batuan hitam yang tertata, dikelilingi rerumputan hijau dan pepohonan cemara. (mac)

Mereka rutin melakukan kegiatan “Srawung Candi”, yakni kerja bakti membersihkan situs candi setiap akhir pekan. Selain itu, ada juga “Tur Edukasi”, program mengenalkan sejarah Dieng kepada siswa dan wisatawan. “Kami ingin wisata budaya ini hidup kembali, bukan sekadar objek diam,” tambah Rangga.

Kehadiran Kawan Candi juga memberi warna baru bagi pariwisata berkelanjutan di Dieng. Mereka berkolaborasi dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X dan masyarakat sekitar dalam menjaga kebersihan, menata area wisata, serta menggelar pertunjukan budaya seperti tari tradisional dan musik gamelan carang di pelataran candi.

Meski tantangan tetap ada—cuaca ekstrem, kurangnya dana, dan minimnya kesadaran sebagian wisatawan—semangat komunitas ini tak padam. “Kami percaya, menjaga candi itu sama dengan menjaga jati diri bangsa,” ujar Rangga menutup percakapan sambil menatap kabut yang perlahan menyingkap siluet Candi Arjuna.

Di atas awan Dieng, para Kawan Candi terus bekerja dalam diam. Mereka bukan penjaga berseragam resmi, tapi setiap tindakan kecil mereka menyelamatkan jejak besar peradaban Nusantara. (Cha)

 

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments