spot_img
BerandaBudayaJejak Prabu Airlanga Tertinggal di Situs Menggung

Jejak Prabu Airlanga Tertinggal di Situs Menggung

LESINDO.COM – Sejarah gunung lawu meninggalkan jejak-jejak misteri dari para penguasa tanah Jawa hingga sekarang ini, aura gunung lawu masih nampak memancar sampai sekarang ini, bahkan para spiritul dari berbagai daerah masih menyempatkan datang diseputaran Gunung Lawu. Salah satu sipritual keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat Eyang Ki Tanyo pernah menceritakan saat-saat tertentu datang ke gunung lawu untuk menarik energy positif dari Gunung Lawu. Di sisi lereng sebelah utara mendekati arah candi Cetho ada sebuah padepokan Segoro Gunung, padepokan ini dimanfaatkan untuk saling belajar bagaiamana mengolah batin atau roso.

Situs Menggung berada di Desa Nglurah yang merupakan salah satu sentra industru tanaman hias di Kecamatan Tawangmangu.Untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan maupun berjalan kaki 2 km dari terminal bus Tawangmangu. Dari terminal ke arah Timur atau naik setelah ada kantor Dinas Sosial ada penunjuk arah Nglurah masuk ke selatan terus ikuti sampai pada lembah di desa Nglurah. Untuk kendaraan roda empat untuk Sabtu Minggu extra hati-hati karena untuk simpangan dua arah jalan tidak terlalu lebar bahkan ada beberapa kampung di buat satu jalur karena tidak bisa untuk simpangan. Ada beberapa penduduk yang bisa mengarahkan agar jalan bisa lebih lancar.

foto doc Lesindo.com

Jejak situs Menggung pun tak kalah menarik meskpiun tinggal batu-batu yang sudah tidak teratur seperti peninggalan-peningalan candi yang masih utuh dan bisa direkontruksi. Juru pelihara Situs Menggung, Riyanto, mengatakan berdasarkan berbagai catatan sejarah konon raja Kediri Prabu Airlangga hendak menikahi putri dari salah satu pamannya Dharmawangsa Teguh di Watan, yang merupakan ibukota Kerajaan Medang atau sekarang di sekitar kawasan Maospati Madiun.
Namun, ketika pesta pernikahan hendak dilangsungkan, ternyata Raja Wurawari yang berasal dari Cepu-Blora tiba-tiba melakukan penyerangan. Merujuk pada prasasti Pucangan, penyerangan itu terjadi tahun 928 Saka, atau 1006/1007 Masehi.
Dalam pertempuran itu, Raja Prabu Airlangga dengan salah satu Patih Narutama berhasil lolos dan mengamankan diri ke hutan di daerah Wonogiri kearah selatan Barat Laut dari Maospati. Setelah kondisi dirasa aman Prabu Airlangga dan Patihnya Narutama melakukan perjalanan lagi untuk kembali ke Kediri. “ditengah perjalanan itu mereka beristirahat di Nglurah ini.” tuturnya

Lebih lanjut Prabu Airlangga juga sempat bertanya pada Patih Narutama yang selalu setia menemani, apakah akan tetap ikut ke Kediri atau tinggal. Ternyata Patih Narutama memilih menghendaki untuk tinggal. Tak hanya itu Patih Narutama juga menikahi dengan salah satu perempuan setempat yang bernama Nyi Rasa Putih. “Maka bagi warga sekitar Patih Narutama dan Nyi Rasa Putih juga diyakini sebagai leluhur masyarakat Nglurah. Sedangkan nama menggung berasal dari kata Tumenggung,” imbuhnya

Ia menambahkan, Situs Menggung masih sering dikunjungi peziarah khususnya warga beragama Hindu dari Bali. Paling tidak dalam sebulan, ada sepuluh orang peziarah. Sementara itu oleh masyrakat sekitar Situs Menggung eksis untuk acara Dukutan.“Itu sejenis tradisi bersih desa. dinamakan Dukutan karena diselenggarakan saat wuku Dukut,” pungkasnya. (Mac/as)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments