spot_img
BerandaHumanioraEnergi yang Menular: Ketika Lingkungan Menentukan Arah Hidup Kita

Energi yang Menular: Ketika Lingkungan Menentukan Arah Hidup Kita

Hal yang sama juga berlaku dalam kehidupan pribadi. Seseorang yang sering menghabiskan waktu dengan orang yang berpikiran maju akan lebih terbuka terhadap peluang dan perubahan. Namun bila lingkungannya penuh kritik, iri hati, atau keluhan, ia bisa terjebak dalam lingkaran pikiran negatif yang membentuk nasibnya sendiri.

LESINDO.COM – Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, banyak orang berfokus pada cara berpikir positif, strategi sukses, atau rumus kebahagiaan pribadi. Namun, ada satu faktor yang kerap luput dari perhatian: energi orang-orang di sekitar kita.

Energi itu menular — meski tak kasat mata, ia hadir dan bekerja secara halus dalam kehidupan sehari-hari. Saat berada di antara orang yang bersemangat, optimis, dan tulus, kita merasa ringan, termotivasi, dan hidup. Sebaliknya, ketika terlalu lama bergaul dengan mereka yang mudah mengeluh atau berpikiran negatif, perlahan semangat itu terkikis, tanpa kita sadari.

“Energi sosial itu nyata,” ujar Ratri Kusuma, seorang psikolog sosial di Yogyakarta. “Kita menyerap suasana emosional dari orang lain — dari nada bicara, ekspresi wajah, hingga getaran sikap mereka. Semua itu memengaruhi cara kita merespons dunia.”

Fenomena ini dikenal dalam psikologi sebagai emotional contagion atau penularan emosi. Dalam sebuah penelitian di Harvard University, ilmuwan sosial Nicholas Christakis menemukan bahwa emosi seseorang dapat menular hingga tiga lingkaran sosial ke luar dirinya. Artinya, kebahagiaan atau stres seseorang bisa berdampak pada teman dari teman dari temannya — sebuah rantai pengaruh yang panjang.

Di lingkungan kerja, efeknya tampak jelas. Tim dengan suasana saling mendukung dan penuh humor cenderung lebih produktif dan kreatif. Sebaliknya, lingkungan kerja yang tegang dan kompetitif berlebihan membuat stres mudah menjalar, menurunkan performa dan semangat.

Hal yang sama juga berlaku dalam kehidupan pribadi. Seseorang yang sering menghabiskan waktu dengan orang yang berpikiran maju akan lebih terbuka terhadap peluang dan perubahan. Namun bila lingkungannya penuh kritik, iri hati, atau keluhan, ia bisa terjebak dalam lingkaran pikiran negatif yang membentuk nasibnya sendiri. “Lingkungan adalah cermin masa depan,” kata Ratri menegaskan. “Tanpa sadar, kita menjadi seperti mereka yang paling sering kita temui.”

Maka, berhati-hatilah dalam memilih pergaulan. Sebab, nasib tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan usaha, tetapi juga oleh energi yang setiap hari kita izinkan untuk mengelilingi diri. Kadang, perubahan besar dimulai dari langkah kecil: memilih lingkungan yang membuat jiwa tumbuh, bukan layu. (Hib)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments