spot_img
BerandaHumanioradr. Lo Siaw Ging Pelayan Sosial yang Humanis

dr. Lo Siaw Ging Pelayan Sosial yang Humanis

LESINDO.COM – Siapa yang mengenal dr. Lo Siaw Ging,  dr. Lo panggilan akrabnya adalah seorang dokter yang terkenal sebagai sosiawan yang berpraktik di kota Solo. Ia pernah menjabat sebagai direktur di Rumah Sakit Kasih Ibu. Selain berpraktik di Rumah Sakit Dr. Oen (RS Kandang Sapi), ia juga membuka praktik di rumahnya di kawasan Jagalan 27 Kelurahan Jebres , Solo.

Dokter Lo menjadi sangat terkenal karena sebagai dokter yang merawat dan mengobati pasiennya  tanpa menetapkan tarif, bahkan sebagian besar pasien yang tidak mampu tidak dibebani biaya pengobatan. Biaya pembelian obat pun terkadang dibayari oleh Dr. Lo untuk pasiennya yang tidak mampu. Selain itu, dokter Lo juga terkenal akan diagnosanya yang tepat.

Setiap hari, dokter Lo melayani pasienya  di tempat praktinya, mayoritas pasein Lo adalah keluarga yang tak mampu secara ekonomi. Mereka itu, jangankan membayar ongkos periksa, sekedar untuk menebus resep dokter Lo sering kali tak sanggup.

Bagi dokter Lo, apa yang dilakukannya  bukanlah sesuatu yang istimewa. Dia dapat memahami kondisi sebagain pasienya. Pernah seorang pasiennya  bercerita, karena terlalu  sering berobat ke dokter Lo dan tak mampu membayar, ia merasa tidak enak hati dan memberanikan diri untuk bertanya berapa biaya pemeriksaan dan resep obatnya.

dr. Lo di tempat praktek sekaligus sebagai tempat tinggalnya

Dokter Lo malah balik bertanya, “Memang uangmu sudah banyak?” . Pasien yang lain, bercerita bahwa dia pernah memberikan uang kepada dokter Lo, tetapi di tolak.

Ia meneladani sosok dokter Oen (yang sekarang menjadi salah satu nama rumah sakit swasta di Solo), seniornya yang berjiwa sosial tinggi, serta ayahnya. Karena pelayanannya selama bertahun-tahun di Solo, namanya sangat di kenal di kalangan warga Solo dan warga yang membutuhkan pertolongan di bidang kesehatan .

Lo Siaw Ging lahir di Magelang16 Agustus 1934, umur 86 tahun dalam sebuah keluarga pengusaha tembakau. Kedua orang tuanya memberikan kebebasan bagi anak-anak mereka untuk memilih masa depan mereka sendiri. Lo Siaw Ging akhirnya bersekolah SMU di Semarang, karena pada masa itu SMU di Magelang dipandang memiliki kualitas lebih rendah.

Setelah lulus SMU, Lo menyatakan ketertarikannya untuk belajar pengobatan kepada orang tuanya. Ayahnya, Lo Ban Tjiang, memberinya nasihat bahwa menjadi dokter dan berbisnis tidaklah sejalan. Lo menerima nasihat itu dengan pemikiran bahwa seorang dokter tidak seharusnya hanya mengejar pendapatan materi karena tugas utama mereka adalah menolong orang-orang yang membutuhkan.

“Siapapun yang datang kemari, miskin atau kaya, layak memperoleh pelayanan yang memadai. Menolong orang seharusnya jangan dengan diskriminasi dan seluruh pekerjaan harus dikerjakan dengan kesungguhan. Profesi penyembuh adalah menolong yang sakit bukannya menjual obat,” ungkapnya.

Lo Siaw Ging menjadi dokter pada tahun 1963 dan bekerja di poliklinik Tsi Sheng Yuan milik dokter Oen Boen Ing (1903-1982), seorang dokter terkenal di Solo. Pada masa Orde Baru, poliklinik tersebut berubah nama menjadi Rumah Sakit Panti Kosala, dan kini menjadi Rumah Sakit Dokter Oen. Selama 15 tahun, ia banyak belajar dari dokter Oen.

Ia tidak hanya seorang dokter yang brilian tetapi juga sangat sopan dan memiliki amal yang tinggi. Selain melayani pasien kurang mampu tanpa menerima bayaran, dokter Lo juga membayar biaya pengobatan pasien yang benar-benar tidak memiliki uang. Setiap akhir bulan, apotek langganan dokter Lo akan memberikan tagihan obat yang besarnya bervariasi antara ratusan ribu hingga sepuluh juta per bulan. Untuk pasien yang sakit parah, dokter Lo juga menyediakan dana pribadi untuk keperluan rawat pasien di Rumah Sakit Kasih Ibu.

Lanjut dokter yang humanis “Aku tahu pasien mana yang mampu membayar dan mana yang tidak. Mengapa mereka wajib membayar biaya pengobatan dokter jika nantinya mereka tidak dapat membeli beras? Kasihan anak-anak mereka jika sampai kekurangan makan.”

Pada saat terjadi kerusuhan Mei 1998, dokter Lo tetap membuka praktik meskipun tentara hendak mengungsikannya ke tempat yang aman. Bahkan ia tetap membuka praktik sehingga rumahnya dijaga oleh para tetangga sekitarnya.

 “Banyak orang membutuhkan pertolongan, termasuk korban kerusuhan, bagaimana aku bisa menolak mereka? Jika semua dokter berhenti praktik, siapa yang akan melayani pasien? Selama aku masih cukup kuat, aku tidak berpikir untuk pensiun. Seorang dokter hanya akan pensiun jika sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Pelayananku memberiku kepuasan yang tidak dapat dibeli dengan uang,” kata Dokter Lo (mc/rhm)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments