spot_img
BerandaJelajahjelajahDebut Manis Gita Puja Irama: Ketika Anak-anak SDN Singopuran 01 Pulang dengan...

Debut Manis Gita Puja Irama: Ketika Anak-anak SDN Singopuran 01 Pulang dengan Empat Piala

Untuk sebuah tim yang baru berumur setahun, capaian itu terasa seperti lompatan besar. Di tengah kompetisi yang mempertemukan sekolah-sekolah se-eks Karesidenan Surakarta, anak-anak Singopuran 01 membuktikan bahwa kerja keras kecil bisa melahirkan cerita besar.

LESINDO.COM – Pada Kamis siang yang biasanya lengang di halaman SDN Singopuran 01 Kartasura, derap langkah kecil dan denting stik pada snare drum terdengar lebih nyaring dari hari-hari sebelumnya. Anak-anak berseragam putih-merah itu membentuk barisan rapi, mencoba menjaga ketukan sambil menyipitkan mata menahan panas. Dari latihan yang sederhana—hanya satu kali dalam seminggu, setiap Kamis sepulang sekolah—lahirlah sebuah kisah kecil tentang ketekunan dan kejutan di panggung perdana.

Kelompok drumband sekolah ini, Gita Puja Irama, baru berusia setahun. Namun semangat anak-anaknya tumbuh lebih cepat daripada umur unit itu sendiri. Mereka antusias, penasaran, dan ingin membuktikan bahwa anak-anak dari sekolah sederhana pun bisa tampil percaya diri.

Siswa berfoto bersama tim official—guru dan para orang tua wali murid—yang setia membersamai mereka selama mengikuti Festival Drumband Junior di GOR RM Said, Karanganyar. (mc)

Di tengah barisan kecil itu, ada sosok yang sabar menata ritme: Pak Abdullah, pelatih drumband yang tak pernah lelah mengulang aba-aba. Sesekali ia tersenyum melihat murid-muridnya yang masih mencari rasa percaya diri dalam tiap langkah.

“Yang penting rapi dulu, kompak dulu. Piala itu bonus,” begitu ia sering menenangkan para siswa dan guru pendamping.

Namun hidup, kadang-kadang, menghadiahi lebih dari sekadar bonus.

Ketika Festival Drumband Junior 2025 yang digelar PDBI Surakarta berlangsung di GOR RM Said, Karanganyar, Minggu 23 November 2025, Gita Puja Irama berdiri di panggung kompetisi untuk pertama kalinya. Sebuah debut yang membawa harapan—dan tentu saja, degup. Bukan hanya bagi anak-anak yang tampil, tetapi juga bagi para guru pendamping yang menyimak dari pinggir arena, menahan napas di antara denting stik dan sorak penonton.

Tak ada yang benar-benar menyangka hasil akhirnya.

Mereka pulang membawa empat piala, dari empat cabang yang mereka ikuti:

  • Juara 1 Konser Kelas Pemula
  • Juara 1 Colorguard Kelas Pemula A
  • Juara 2 Paramabandi Kelas Pemula A
  • Juara 3 Field Commander Kelas Pemula A

Untuk sebuah tim yang baru berumur setahun, capaian itu terasa seperti lompatan besar. Di tengah kompetisi yang mempertemukan sekolah-sekolah se-eks Karesidenan Surakarta, anak-anak Singopuran 01 membuktikan bahwa kerja keras kecil bisa melahirkan cerita besar.

Ibu guru menyerahkan piala dan sertifikat penghargaan secara simbolis kepada para anggota drum band Gita Puja Irama—gestur kecil yang menandai awal dari perjalanan panjang mereka sebagai tim yang terus tumbuh. (mc)

Penyelenggara festival, PDBI Surakarta, memang rutin menyediakan arena belajar dan apresiasi bagi unit-unit drumband sekolah. Tetapi bagi SDN Singopuran 01, festival tahun ini menjadi lebih dari sekadar ajang tahunan—ia adalah tonggak sejarah kecil yang akan lama dikenang.

Di antara para pendamping, ada satu orang tua yang tak bisa menyembunyikan rasa harunya: Ibu Djenar, wali murid salah satu anggota tim. Sejak pagi ia mengikuti seluruh rangkaian lomba, menyaksikan langsung bagaimana anak-anak itu tampil dengan raut tegang namun penuh semangat.

“Alhamdulillah… debut pertama langsung membawa empat piala,” ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.
“Selama latihan, anak-anak itu benar-benar bekerja keras. Guru-guru juga luar biasa mendampingi. Orang tua mendukung semampunya. Saya sempat merinding… rasanya seperti mimpi.”

Kebanggaan itu menular. Mengisi ruang yang sebelumnya hanya berisi suara drum, tiupan peluit, dan bendera yang dikibarkan kecil-kecil oleh tangan mungil.

Kini, setiap Kamis sore ketika latihan digelar kembali, ada sesuatu yang berbeda. Barisan itu tidak lagi sekadar rangkaian gerakan rutin. Ada rasa percaya diri yang tumbuh diam-diam. Ada keyakinan bahwa dari halaman sekolah yang sederhana, mimpi anak-anak bisa melompat jauh.

Dan di pinggir lapangan itu, Pak Abdullah kembali berdiri menata formasi.
Kali ini dengan senyum yang lebih lebar.

“Yang penting anak-anak senang,” ujarnya pelan. “Sisanya… akan mengikuti. (Suz)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments