spot_img
BerandaJelajahjelajahDari Wonosobo untuk Indonesia Basecamp Blembem Jadi Pelopor Gunung Tanpa Sampah

Dari Wonosobo untuk Indonesia Basecamp Blembem Jadi Pelopor Gunung Tanpa Sampah

Green management (manajemen hijau) adalah pendekatan manajemen bisnis yang berfokus pada kesadaran lingkungan untuk mencegah atau mengurangi polusi, limbah, dan emisi, serta menerapkan praktik yang berkelanjutan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Dari Wonosobo untuk Indonesia Basecamp Blembem Jadi Pelopor Gunung Tanpa Sampah

LESINDO.COMSejarah pendakian Gunung Kembang bukan termasuk jalur pendakian populer pada awalnya. Baru belakangan ini ia menjadi tujuan alternatif pendaki karena jalurnya menantang meski relatif pendek. Jalur yang paling terkenal adalah jalur Blembem di Desa Lempong. Gunung Kembang menjadi salah satu simbol keselarasan manusia dengan alam di Wonosobo. Selain itu, gunung ini juga berfungsi sebagai daerah resapan air yang penting bagi masyarakat sekitar. Akhir Agustus 2024 menjadi Pelopor Pengelola Destinasi Wisata Gunung Berkelanjutan dengan Konsep Zero Waste Mountain dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Komenparekraf). Penghargaan ini diberikan karena Basecamp Blembem dan pengelola Gunung Kembang berhasil menerapkan konsep pengelolaan sampah yang minim, sehingga menjadi terobosan baru dalam wisata gunung yang berkualitas dan berkelanjutan.

Sebelum berangkat mendaki pukul 12.45 WIB Berpose di basecamp Blembem yang cukup bersih. (mac)

Para pendaki diwajibkan membawa turun kembali sampahnya, tersedia pos pemeriksaan sampah, hingga edukasi lingkungan sebelum naik gunung. Keberhasilan ini menjadi inspirasi nasional, karena banyak basecamp lain mulai meniru sistem tata kelola kebersihan Blembem. Selain meningkatkan kenyamanan pendaki, penghargaan ini juga memperkuat citra Wonosobo sebagai daerah wisata alam yang ramah lingkungan. Pemerintah daerah menargetkan penghargaan ini bisa menjadi model standar “green hiking management” di gunung-gunung lain di Indonesia. Green management (manajemen hijau) adalah pendekatan manajemen bisnis yang berfokus pada kesadaran lingkungan untuk mencegah atau mengurangi polusi, limbah, dan emisi, serta menerapkan praktik yang berkelanjutan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Gunung Kembang via Basecamp Blembem adalah salah satu jalur pendakian yang populer di Wonosobo, Jawa Tengah. Dikenal dengan medannya yang cukup menantang namun menawarkan pemandangan yang indah.  Lokasi dan Aksesibilitas, Basecamp Blembem terletak di Desa Blembem, Kaliurip, Desa Damarkasiyan, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Akses menuju basecamp cukup mudah, sekitar 30 menit berkendara dari pusat kota Wonosobo. Lokasinya strategis di pinggir jalan dan dikelilingi kebun teh. Jalur ini relatif “muda”, baru dibuka untuk umum sejak 1 April 2018.

Iwan Koncer pengelola yang dituakan di basecamp Blembem menggambarkan karakteristik Jalur Pendakian, Gunung Kembang dijuluki “kecil-kecil cabe rawit” karena meskipun estimasi pendakiannya singkat (sekitar 3-4 jam naik, 3-5 jam turun), medannya didominasi tanjakan curam dan minim “bonus” (jalan datar).  Total terdapat 7 pos/titik penting di jalur Blembem, Basecamp Skydoors / Istana Katak, awal pendakian. Ada opsi naik truk bak terbuka dari basecamp ke Istana Katak (10-15 menit) atau jalan kaki (sekitar 1 jam). Istana Katak memiliki shelter sederhana dan toilet. Kandang Celeng,  gerbang masuk hutan dari area perkebunan teh. Jalur mulai menanjak dengan vegetasi tertutup. Pos 1 Liliput, Hanya sepetak tanah kosong di tengah hutan, tidak ada shelter, dan tidak boleh mendirikan tenda. Jalur dari Kandang Celeng ke Pos 1 berupa trap tanah yang licin jika hujan. Pos 2 Simpang Tiga,  lahan datar kecil, juga dilarang mendirikan tenda. Di jalur ini terdapat hutan lumut yang rindang dan area “Ekor Naga” (pohon berbentuk badan naga). Pos 3 Akar, pendek dari Pos 2, melewati jembatan kayu diapit pohon besar dan lumut. Banyak pohon dengan akar menggantung. Tidak disarankan camping.

Sabana 1  dan 2,  sabana di Gunung Kembang bukan padang rumput datar seperti sabana pada umumnya, melainkan padang rumput dengan kemiringan sekitar 40 derajat. Jika beruntung, bisa melihat bunga Edelweiss. Area ini rawan dilewati celeng (babi hutan), jadi tidak cocok untuk camping. Tanjakan Mesra, medan cukup terjal, seringkali memerlukan alat bantu tali. Puncak,   area puncak cukup luas (sabana) dan datar, bisa menampung sekitar 10-20 tenda. Menawarkan pemandangan 360 derajat, termasuk gagahnya Gunung Sindoro dan kawah mati yang ditumbuhi rumput. Aman untuk berkemah, namun tetap berhati-hati karena masih ada babi liar. Tidak ada sumber mata air di puncak. (dhien)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments