spot_img
BerandaBudayaCerita Anak Logam, Penyelam Kecil di Tengah Ombak Ketapang

Cerita Anak Logam, Penyelam Kecil di Tengah Ombak Ketapang

Setiap hari, selepas sekolah atau bahkan kadang sebelum masuk kelas, ia datang ke pelabuhan bersama teman-temannya. Di sinilah mereka mencari uang receh dari penumpang kapal yang menjadikan aksi mereka sebagai hiburan.

LESINDO.COM – Mentari siang memantul di permukaan air Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Di antara deru mesin kapal dan teriakan petugas pelabuhan, beberapa anak laki-laki tampak bersiap di tepi dermaga. Tubuh mereka yang kurus berkilau terkena sinar matahari, sebagian sudah basah kuyup. Begitu seorang penumpang kapal melemparkan uang logam ke laut, tanpa ragu mereka melompat menembus air asin, mengejar koin yang berputar sebelum tenggelam ke dasar.

“Kalau beruntung, bisa dapat sepuluh ribu sehari,” kata Dani (12) yang masih sekolah dasar, salah satu dari mereka, sambil tersenyum malu. Ia sudah terbiasa menyelam sejak usia delapan tahun. Setiap hari, selepas sekolah atau bahkan kadang sebelum masuk kelas, ia datang ke pelabuhan bersama teman-temannya. Di sinilah mereka mencari uang receh dari penumpang kapal yang menjadikan aksi mereka sebagai hiburan.

Seorang anak logam tampak sedang meluncur dari atas kapal menuju laut untuk mengejar koin yang dilempar oleh para penumpang kapal. Dengan tubuh setengah tertekuk di udara dan pandangan tertuju ke air, ia menunjukkan kelincahan serta keberanian.(mac)

Para penumpang tampak terhibur. Tawa dan sorak menggema setiap kali seorang anak berhasil memungut koin dari laut. “Kasihan tapi seru juga,” ujar seorang wisatawan asal Jogja. Namun di balik tawa itu, ada risiko besar yang mengintai. Arus laut di sekitar pelabuhan cukup deras, dan kapal yang datang silih berganti bisa menjadi ancaman nyata. Sudah beberapa kali, cerita tentang anak yang tersangkut jaring atau hampir tertabrak kapal terdengar di antara sesama anak logam.

Fenomena ini bukan hal baru. Sejak puluhan tahun lalu, anak-anak dari kampung sekitar pelabuhan sudah menggantungkan harapan mereka pada uang receh yang dilempar penumpang. Meski pihak pelabuhan berulang kali melarang karena alasan keselamatan, anak-anak itu tetap kembali. “Kalau nggak nyelam, nggak bisa jajan atau bantu ibu beli beras,” kata Dani lirih.

Bagi sebagian orang, mereka adalah penghibur di tengah penyeberangan yang membosankan. Bagi anak-anak itu sendiri, laut adalah ladang kecil tempat mereka menambang harapan. Setiap koin yang berhasil mereka genggam bukan sekadar uang receh, tapi simbol perjuangan masa kecil di tepian Selat Bali yang keras dan penuh cerita.  Meskipun pihak pelabuhan telah mengeluarkan larangan terhadap aktivitas anak logam, praktik ini tetap berulang terutama pada waktu pergantian penjagaan atau saat patroli minim. Seiring waktu anak logam sudah jarang sekali ditemui saat kapal berjalan, karena sudah dilarang secara resmi, tindakan ini berjalan “di pinggiran” pengawasan. (Sai)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments