LESINDO.COM – Dalam falsafah Jawa, ada satu ungkapan yang sarat makna dan begitu dalam: Cakra Manggilingan. Secara harfiah berarti “roda yang berputar,” istilah ini melambangkan perjalanan hidup manusia yang tak pernah statis — selalu berputar, berganti posisi, dan berubah arah sesuai takdir Ilahi. Bagi orang Jawa, hidup adalah lingkaran. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang dipuji, kadang dicaci. Namun dalam setiap putarannya, manusia diajak untuk tetap eling lan waspada — ingat pada Tuhan dan waspada terhadap hawa nafsu.
Roda yang Tak Pernah Berhenti
Hidup, seperti roda, selalu berputar. Saat berada di atas, manusia diuji dengan kekuasaan, pujian, dan kenikmatan. Saat berada di bawah, diuji dengan kesabaran, kehilangan, dan kerendahan hati.
Orang Jawa percaya: siapa yang mampu tetap tegak di dua keadaan itu — tak tinggi hati ketika dipuji dan tak jatuh ketika dimaki — dialah yang telah memahami makna sejati dari hidup. “Urip iku mung mampir ngombe,” kata pepatah lama.
Hidup hanyalah persinggahan singkat, maka sebaik-baiknya manusia adalah yang menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Tetap Berbuat Baik di Tengah Perubahan

Cakra Manggilingan mengajarkan bahwa kebaikan harus menjadi pusat dari setiap putaran hidup.
Entah kita sedang berjaya atau terpuruk, prinsipnya sama: aja dumeh (jangan sombong) dan aja nglokro (jangan putus asa). Kehidupan modern sering membuat manusia tergesa-gesa mengejar pencapaian, namun lupa menapaki nilai-nilai keheningan batin. Falsafah ini mengingatkan, bahwa kebahagiaan sejati bukanlah ketika roda berada di atas, melainkan ketika hati tetap tenang dalam setiap putaran.
Menghadapi Nasib dengan Keteguhan
Orang Jawa tidak melihat nasib sebagai hal yang sepenuhnya ditentukan oleh takdir, tapi juga oleh sikap dan kesadaran diri. Cakra Manggilingan bukan sekadar simbol nasib, melainkan ajakan untuk nglakoni urip kanthi sabar lan syukur — menjalani hidup dengan sabar dan penuh rasa terima kasih. “Sabar iku ora mung ngenteni, nanging nerimo kanthi legawa.”
Sabar bukan hanya menunggu, tetapi menerima dengan ikhlas.
Putaran yang Menuju Kesadaran
Seperti roda yang terus berputar, hidup tidak pernah berhenti menguji.
Hari ini bisa di atas, esok bisa di bawah — tapi selama manusia masih mau berbuat baik, menjaga hati, dan mengingat Tuhan, maka setiap putaran bukanlah penurunan, melainkan jalan menuju kedewasaan jiwa. Cakra Manggilingan mengingatkan kita bahwa hidup bukan tentang posisi, tetapi tentang keseimbangan. Sebab di akhir semua perjalanan, yang tersisa bukanlah seberapa tinggi kita naik, tapi seberapa tulus kita tetap berdiri dalam setiap putaran kehidupan. (mad)