LESINDO.COM – Bait kehidupan di antara kita kadang hadir dalam peristiwa kecil yang menyisakan renungan panjang.
Siang itu, cuaca menyengat. Jarum jam telah melewati angka dua belas, bayangan tubuh mulai condong, dan langkahku yang ringan menuju loket museum keraton Kasunanan Surakarta mengatar tamu dari luar kota, tiba-tiba kaki ini terhenti oleh sebuah keributan.
Dua pengemudi becak saling bertengkar tepat di depan pintu masuk. Suara keras, tubuh yang saling dorong, hingga wajah yang berlumur darah membuat udara panas kian terasa sesak. Beberapa pengemudi lain bergegas melerai, menarik keduanya agar tak jatuh dalam luka yang lebih dalam.
“Pak, wau wonten menopo kok mereka bertengkar?” tanyaku pada seorang saksi di dekat situ.
“Walah mas, niki mau rebutan penumpang, hanya gara-gara seribu rupiah. Padahal jane ngih konco mbecak piyambak,” jawabnya lirih.
Seribu rupiah angka kecil yang bagi sebagian orang tak berarti apa-apa, tapi mampu meletupkan amarah. Mungkin bukan sekadar uang. Bisa jadi ada rasa lapar yang menekan, harga diri yang tersentuh, wilayah yang terusik, atau beban hidup yang tak kunjung usai.
Tubuh yang letih, pikiran yang penuh masalah, dan hati yang rapuh sering kali hanya butuh percikan kecil untuk menyulut bara. Dan di situlah kita belajar: betapa rapuhnya manusia ketika beban hidup tak tertampung lagi, bahkan oleh seribu rupiah sekalipun.(mac)