spot_img
BerandaBudayaBasuh Raga Sucikan Jiwa Keindahan Tradisi Siraman Jawa

Basuh Raga Sucikan Jiwa Keindahan Tradisi Siraman Jawa

Meski zaman kian modern, siraman tetap lestari. Banyak pasangan muda memilih tetap melaksanakannya, bukan sekadar menjaga warisan budaya, melainkan juga sebagai bentuk penghormatan pada orang tua

Menyucikan Diri Menyongsong Hidup Baru  Tradisi Siraman dalam Adat Jawa

LESINDO.COM – Di sebuah halaman rumah joglo yang teduh, aroma bunga setaman menyeruak kendi  yang terbuat dari bahan tanah liat berisi air suci. Satu per satu keluarga dan kerabat dekat berkumpul, menyaksikan prosesi sakral yang disebut siraman. Inilah salah satu rangkaian adat Jawa menjelang pernikahan, sebuah tradisi turun-temurun yang sarat makna filosofis.

Siraman bagi masyarakat Jawa bukan sekadar mandi. Air yang dipersiapkan dengan campuran bunga tujuh rupa melambangkan kesucian dan harapan baru. Calon pengantin, dengan busana sederhana berupa kain jarik dan kemben, duduk bersila. Orang tua, tokoh adat, hingga sesepuh keluarga bergantian menyiramkan air ke tubuhnya. Setiap guyuran air dianggap sebagai doa agar segala kotoran lahir batin terbasuh, menyambut hidup baru dengan hati bersih. Harapannya keberkahan selalu menyertai setiap ayunan angkah dalam meniti hidupnya.

Calon penantin yang mengenakan kebaya dengan penutup kepala berwarna hijau gelap serta dihiasi rangkaian melati. Ia menundukkan kepala sambil menerima guyuran air dari kendi yang dihias bunga melati. (mac)

Tradisi ini juga mencerminkan nilai kebersamaan. Seluruh keluarga turut serta menyiapkan perlengkapan, mulai dari tumpeng, kembang setaman, hingga gending Jawa yang mengiringi suasana. Tidak jarang, prosesi siraman menjadi momen penuh haru. Air mata orang tua jatuh bersama derasnya guyuran air, melepas sang anak menuju gerbang rumah tangga.

Meski zaman kian modern, siraman tetap lestari. Banyak pasangan muda memilih tetap melaksanakannya, bukan sekadar menjaga warisan budaya, melainkan juga sebagai bentuk penghormatan pada orang tua. Di tengah gegap gempita pesta pernikahan, siraman hadir sebagai pengingat bahwa pernikahan sejatinya adalah perjalanan spiritual membersihkan diri, merendahkan hati, dan berjanji menjaga kesucian ikatan.

Filosofi siraman dalam adat Jawa tidak hanya relevan untuk prosesi pernikahan, tetapi juga bisa ditarik maknanya ke dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai Penyucian diri, siraman melambangkan membersihkan kotoran lahir dan batin. Dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa diartikan sebagai upaya terus-menerus untuk memperbaiki diri, meninggalkan kebiasaan buruk, serta menjaga hati tetap bersih dari iri, dengki, dan amarah. Prosesi siraman dilakukan dengan perlengkapan sederhana  air, bunga, dan kendi. Memiliki makna, kebahagiaan tidak selalu datang dari hal besar, tetapi dari kesederhanaan yang dijalani dengan tulus. Memohon doa dan restu orang tua, setiap guyuran air dari orang tua adalah doa. Dalam keseharian, ini mengingatkan pentingnya menghormati restu dan nasihat orang tua atau sesepuh, karena doa mereka diyakini membuka jalan keberkahan. (Ray)

 

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments