spot_img
BerandaBudayaBalekambang: Taman Cinta yang Menjadi Napas Kota

Balekambang: Taman Cinta yang Menjadi Napas Kota

Nama itu menyebar dari mulut ke mulut, mengendap dalam memori orang-orang yang berlibur di sana. Pelan-pelan, Balekambang tak lagi sekadar sebutan, tetapi menjadi identitas seluruh kawasan. Dari ruang privat bangsawan, ia menjelma menjadi taman rakyat, menjadi wajah Surakarta yang lembut sekaligus hidup.

LESINDO.COM – Di Surakarta, ada sebuah taman yang menyimpan kisah cinta seorang ayah kepada putrinya—kisah yang, tanpa disadari banyak orang, kini mewarisi denyut ekologi dan kebudayaan kota. Tahun 1921, Mangkunegoro VII menghadiahkan sebidang tanah seluas 10 hektar di Banjarsari kepada dua putrinya, GRAy Partini dan GRAy Partinah. Bukan sekadar hadiah, melainkan tanda kasih yang menjelma menjadi lanskap bertuah: Partini Tuin, taman air yang bening dan teratur, serta Partinah Bosch, hutan kecil yang teduh dan alami. Dua hamparan itu ibarat sepasang saudari—saling melengkapi, saling memperindah. Sejak awal, kedua ruang itu tak hanya menjadi simbol kasih keluarga Mangkunegaran, melainkan juga cermin estetika Eropa yang dipadukan dengan rasa lokal Jawa.

Pada mulanya, seluruh kawasan ini bersifat privat, hanya untuk keluarga besar Mangkunegaran. Deru kota tak masuk, pengunjung pun terbatas pada kerabat dan tamu kehormatan. Namun sejarah membawa angin perubahan. Sekitar 1944, di masa pemerintahan Mangkunegoro VIII, pintu taman dibuka lebih lebar. Publik mulai masuk, menyusuri jalan setapak, menaiki bale-bale kayu, dan duduk di tepi kolam. Orang Solo yang datang untuk plesir punya cara sendiri untuk menyebut taman warisan itu. Lidah Jawa kesulitan menyebut Partini Tuin ataupun Partinah Bosch. Maka lahirlah istilah yang jauh lebih akrab: Balekambang—merujuk pada bangsal atau bale yang tampak mengambang di tepi air.

Nama itu menyebar dari mulut ke mulut, mengendap dalam memori orang-orang yang berlibur di sana. Pelan-pelan, Balekambang tak lagi sekadar sebutan, tetapi menjadi identitas seluruh kawasan. Dari ruang privat bangsawan, ia menjelma menjadi taman rakyat, menjadi wajah Surakarta yang lembut sekaligus hidup.


Kini taman ini tengah menjalani perbaikan dan renovasi; sebuah ruang pementasan luar ruang telah disiapkan, dengan panggung yang diapit pohon-pohon besar di kanan kiri, menghadirkan suasana yang alami sekaligus artistik.(mc)

Memasuki dekade berikutnya, Balekambang bukan hanya menjadi tempat beristirahat atau menatap air yang memantulkan bayang pepohonan. Di bawah dahan beringin dan akasia, ekosistem kesenian tumbuh. Ketoprak Balekambang menjadi magnet hiburan rakyat; panggung terbuka menyala hampir setiap pekan, mempertontonkan kisah-kisah pewayangan, legenda lokal, hingga satire sosial yang membuat gelak tawa dan renungan datang bersamaan. Area yang sunyi berubah menjadi laboratorium budaya tempat generasi seniman Solo ditempa.

Kini, seratus tahun sejak rasa cinta seorang ayah diwujudkan dalam bentuk taman, Balekambang sedang memasuki babak baru. Penataan berkelanjutan oleh pemerintah kota menegaskan statusnya sebagai ikon Surakarta—ruang hijau yang tak hanya menjadi paru-paru kota, tetapi juga ruang dialog antara masa lalu dan masa kini. Setiap hari, komunitas-komunitas seni bergiliran memanfaatkan ruang publik: dari pameran seni rupa, teater kecil, lokakarya sastra, hingga sendratari yang memantulkan jejak tradisi Jawa pada panggung modern.

Hingga kini, pohon-pohon tua masih berdiri gagah, batangnya berdiameter besar seolah menjadi penyangga waktu. Saat siang hari matahari memancar terik, memasuki kawasan Balekambang terasa seperti melangkah ke ruang teduh yang menyembuhkan. (mc)

Balekambang hari ini bukan sekadar taman. Ia adalah laboratorium ekologi, tempat pepohonan tua menjadi saksi perubahan zaman; laboratorium budaya, tempat memori kolektif warga Solo terus diperbarui. Dan pada akhirnya, ia tetap menjadi bukti sederhana namun abadi bahwa kasih sayang bisa menjelma menjadi ruang hidup—tempat generasi demi generasi menemukan dirinya kembali di antara bayang air dan desir angin Surakarta. (Fai)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments