LESINDO.COM – Di tengah riuh kota, suara khas deru mesin bajaj kembali terdengar. Namun kali ini, bukan sekadar kendaraan nostalgia yang pernah meramaikan jalanan Jakarta di era 1980–1990-an. Kini bajaj hadir dengan wajah baru melalui aplikasi Maxride, yang menggabungkan sentuhan tradisi dengan teknologi digital. Di jalanan perkotaan yang kian padat, kini hadir moda transportasi baru yang mulai mencuri perhatian. Maxride kendaraan roda tiga berwarna biru cerah ini sekilas mirip bajaj, namun tampil lebih modern, ringkas, dan nyaman. Dengan kapasitas tiga hingga empat orang, Maxride hadir menjawab kebutuhan mobilitas jarak dekat yang praktis, terjangkau, sekaligus ramah lingkungan.
Penyedia jasa layanan berbasis online Maxride resmi mengaspal di sejumlah kota besar seperti Makassar, Medan, Yogyakarta, dan terbaru di Semarang. Maxride hadir sebagai salah satu inovasi baru dalam dunia transportasi berbasis aplikasi di Indonesia. Mengusung konsep kendaraan roda tiga modern dengan desain yang unik, Maxride siap meramaikan jalanan perkotaan yang padat. Bentuknya yang mungil namun mampu menampung beberapa penumpang sekaligus menjadikan moda ini praktis dan efisien.

Dengan ciri khas tampilan berbeda dari transportasi online lain, Maxride mengedepankan kenyamanan, kecepatan, serta biaya perjalanan yang lebih terjangkau. Desain kabin yang terbuka membuat perjalanan terasa lebih segar dan menyenangkan, cocok untuk kebutuhan harian maupun perjalanan singkat di tengah kota.
Sebagai pendatang baru, Maxride tak hanya menawarkan alternatif transportasi, tetapi juga membawa nuansa baru di tengah hiruk pikuk lalu lintas perkotaan, sekaligus memberi pengalaman berkendara yang lebih akrab dan ramah lingkungan. Bagi masyarakat, Maxride menghadirkan pengalaman baru. Tiga mahasiswa yang menumpang menuju kampus tampak asyik bercanda, menikmati perjalanan singkat tanpa harus berdesakan. “Enak naik ini, bisa bareng-bareng dan nggak kepanasan,” kata salah seorang penumpang sambil tersenyum.
Dari balik kemudi, pengemudi Maxride juga merasakan perubahan. “Awalnya saya ragu, apa orang mau naik kendaraan model baru seperti ini. Tapi ternyata banyak yang penasaran, malah sekarang banyak langganan,” ujarnya. Interaksi ringan dengan penumpang menjadi bagian tak terpisahkan dari kesehariannya, menjadikan pekerjaannya lebih dari sekadar mengantar.
Bagi Rani, seorang mahasiswa di Kota Gudeg Jogya tingkat akhir, Maxride bahkan sudah menjadi bagian dari rutinitas. Hampir setiap hari ia menggunakannya untuk pergi kuliah. “Kadang pengemudinya sudah hafal kalau saya telat keluar kos. Jadi rasanya seperti naik kendaraan sendiri,” tuturnya. Baginya, Maxride bukan sekadar alat transportasi, melainkan ruang kecil yang menghadirkan kebersamaan. Kini, Maxride perlahan menjadi bagian dari wajah di beberapa kota. Ia bukan sekadar kendaraan roda tiga biru yang lalu-lalang, tetapi simbol perubahan menghadirkan efisiensi modern, kenyamanan manusiawi, sekaligus cerita-cerita sederhana yang hidup di setiap perjalanannya. (Cha)